Halaman

Sabtu, 08 Desember 2018

Jurnal pelestarian bahan pustaka di SD Harapan Mandiri


PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI SD HARAPAN MANDIRI PALEMBANG
Ahmad Nasrah Arrasyid, Lidya Dwi Febrianti, Fitri Yanti, Suci Oktarini,
Dewi Krisnawati
Program Studi Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Raden Fatah Palembang
ABSTRAK
Perpustakaan memiliki informasi yang sangat penting bagi pemustaka, dengan demikian pengelolaan informasi harus dilakukan dengan baik begitupun dengan pemeliharaan bahan pustaka agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Setiap bahan pustaka memiliki tingkat ketahananan yang berbeda, pemeliharaan yang intensif juga dibutuhkan agar kerusakan bahan pustaka dapat dicegah. Salah satu upaya dapat dilakukan dengan cara pelestarian (preservation). Pustakawan harus mampu memperbaiki bahan pustaka yang mengalami kerusakan baik kecil, maupun kerusakan besar. Banyaknya kerusakan bahan pustaka sangat jelas membawa dampak negatif pada kelancaran dan kepuasan pemustaka itu sendiri. Adapun cara pelestarian bahan pustaka itu sendiri tergantung pada kebijakan perpustakaan itu sendiri. Oleh karena itu pelestarian bahan pustaka perlu dilakukan. SD Harapan Mandiri merupakan sekolah yang dinaungi oleh Yayasan Bina Autis Mandiri (BAM) yang memiliki perpustakaan yang tidak terlalu luas. Siswa SD Harapan Mandiri terdiri dari siswa regular dan khusus. Siswa khusus yaitu penyandang autis, dimana pemakalah ketahui mereka memiliki sikap yang tidak stabil, sehingga membutuhkan bimbingan khusus dari pustakawan saat memilih koleksi. Koleksi bahan pustaka di perpustakaan SD Harapan Mandiri bukan hanya buku biasa melainkan juga terdapat koleksi buku braile. Berdasarkan fakta-fakta tersebutlah pemakalah memiliki daya tarik tersendiri untuk meneliti bagaimana cara pelestarian bahan pustaka yang dilakukan di perpustakaan SD Harapan Mandiri Palembang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan faktor apa yang menjadi penyebab kerusakan bahan pustaka, dan bagaimana cara pencegahan kerusakan  bahan pustaka di SD Harpan Mandiri serta kendala yan dialami dalam melakukan pelestarian bahan pustaka di SDHarapan Mandiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif yang dilakukan dengan cara observasi lapangan, studi pustaka, wawancara dan hasilnya menggunakan analisis deskriptif. Hasil dari penelitan pemakalah dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik bahan pustaka sebagian sudah mengalami kerusakan dengan berbagai tingkat kerusakan. Proses pelestarian bahan pustaka pustakawan melakukan pemeliharaan atau perawatan bahan pustaka, pencegahan kerusakan bahan pustaka dan perbaikan bahan pustaka namun belum dilaksanakan secara optimal sesuai dengan pelestarian yang sebenarnya. Kendala-kendala yang dihadapi yaitu dana, ruangan yang sempit, penggunaan alat-alat yang masih manual dan minimnya pengetahuan pustakawan tentang perpustakaan.
Kata kunci: Perpustakaan, pelestarin dan SD Harapan Mandiri.





PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perpustakaan mempunyai arti sebagai suatu tempat yang didalamnya terdapat kegiatan penghimpunan, pengolahan dan penyebar luasan (pelayanan) segala macam informasi, baik yang tercetak maupun yang terekam dalam berbagai media seperti buku, majalah, surat kabar, film, kaset, video, komputer dan lain-lain. Semua koleksi sumber informasi tersebut disusun berdasarkan sistem tertentu dan digunakan untuk kepentingan belajar melalui kegiatan membaca dan mencari informasi bagi segenap masyarakat yang membutuhkannya.[1] Menurut undang- undang no. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 1 ayat 1 yang berbunyi:
“perpustakaan adalah institusi pengolahan koleksi karya tulis, karya cetak dan /atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka”.
Perpustakaan mengemban tugas sebagai penyedia bahan pustaka yang harus terus dikembangkan, pengembangan inilah yang berpengaruh terhadap banyaknya bahan pustaka yang dikoleksi, tentunya dari tahun ketahun koleksi terus berkembang. Suatu bahan pustaka lambat laun pasti akan mengalami kerusakan. Oleh karena itu perlu kebijakan pemeliharaan bahan pustaka secara berkala, dalam rangka mencegah rusaknya koleksi perpustakaan.
Bahan pustaka merupakan salah satu unsur penting dalam suatu sistem perpustakaan selain ruangan atau gedung, peralatan atau perabotan, tenaga dan anggaran.[2]
Perpustakaan memiliki informasi yang sangat penting bagi pemustaka, dengan dimikian pengelolaan informasi harus dilakukan dengan baik begitupun dengan pemeliharaan bahan pustaka agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Setiap bahan pustaka memiliki tingkat ketahananan yang berbeda, pemeliharaan yang intensif juga dibutuhkan agar kerusakan bahan pustaka dapat dicegah. salah satu upaya dapat dilakukan dengan cara pelestarian (preservation).
Pelestarian menurut definisi International Federation of Library Assocciation (IFLA) yaitu mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka, keuangan, ketenagaan, metode dan teknik serta penyimpanannya.[3]
Pelestarian bahan pustaka tidak hanya menyangkut pelestarian dalam bidang fisik, tetapi juga pelestarian dalam bidang informasi yang terkandung didalamnya. Pelestarian adalah mengusahakan agar bahan pustaka yang kita kerjakan tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal diusahakan agar awet, bisa dipakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan.
Adanya pelestarian bahan pustaka dikarenakan banyaknya faktor-faktor penyebab kerusakan pada bahan pustaka, faktor-faktor penyebab itulah yang ada pada perpustakaan yang melatarbelakangi diperlukannya suatu kegiatan yang dimana mengupayakan agar bahan pustaka itu tahan lama.
Secara garis besar kerusakan bahan pustaka umumnya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, faktor biologi, misalnya serangga (rayap, kecoa, kutu buku), binatang pengerat, jamur. Faktor fisika, misalnya cahaya, udara atau debu. Faktor kimia, misalnya zat-zat kimia, keasaman dan oksidasi. Faktor-faktor lain, misalnya banjir, gempa bumi, api dan manusia.[4] Bahan pustaka pada umumnya memiliki sifat kimia dan fisika yang tidak stabil, sehingga cepat ataupun lambatnya kerusakan akan bervariasi.
Pada prinsipnya sebuah perpustakaan mempunyai tiga kegiatan utama yaitu menghimpun, memilihara dan memperdayakan semua koleksi bahan puataka. Selanjutnya fungsi perpustakaan salah satunya adalah melakukan upaya preservasi koleksi antara lain: a) memelihara bahan pustaka, b) merawat bahan pustaka, c) melakukan penyiangan, d) melakukan fumigasi, e) menjaga temperature/suhu agar stabil, f) mengatur ventilasi udara, g) menjaga koleksi supaya tetap baik, h) menjaga kebersihan dan lain-lain.
Demi kelancaran pelesatarian bahan pustaka, seharusnya pustakawan professional terhadap kinerjanya. Pustakawan harus mampu memperbaiki bahan pustaka yang mengalami kerusakan baik kecil, maupun kerusakan besar. Mampu melakukan restorasi bahan pustaka terutama dalam menghilangkan noda pada bahan pustaka, penjilidan, mengganti halaman yang rusak dan memperbaiki halaman yang robek kena serangga-serangga, memperbaiki bahan pustaka yang basah, atau terkena jamur dan sebagainya.[5]
Semakin banyaknya bahan pustaka yang dikoleksi oleh perpustakaan tentunya membawa dampak dalam tatanan material sebuah perpustakaan maka dari itu pustakawan sebagai petugas yang menjalankan kegiatan informasi di dalam perpustakaan sebaiknya lebih dapat berinovasi dalam melestarikan dokumen-dokumen yang merupakan warisan budaya yang berbentuk bahan pustaka tersebut. Banyaknya kerusakan bahan pustaka sangat jelas membawa dampak negatif pada kelancaran dan kepuasan pemustaka itu sendiri. Kerusakan koleksi itu dapat berupa buku yang rusak, warna tulisan yang sudah buram bahkan
buku-buku yang sudah berwarna kecoklatan yang disebabkan oleh debu. Dilihat
dari kerusakan tersebut diperlukan suatu pelestarian sesuai dengan salah satu
tujuan dari pelestarian sendiri yaitu, menyelamatkan nilai informasi dokumen.[6]
SD Harapan Mandiri merupakan sekolah yang dinaungi oleh Yayasan Bina Autis Mandiri (BAM) yang memiliki perpustakaan yang tidak terlalu luas. Perpustakaan SD Harapan Mandiri belum memenuhi kebutuhan akan pustakawan profesional di bidang perpustakaan untuk mengelola Perpustakaan SD Harapan Mandiri. SD Harapan Mandiri masih mengandalkan salah satu tenaga kerja dari guru wali kelas, hal ini dikarenakan adanya kendala biaya. Siswa yang ada di SD Harapan Mandiri terdiri dari siswa khusus dan regular, siswa khusus yaitu siswa penderita autis dan siswa regular yaitu siswa yang normal yang tergolong dalam siswa kurang mampu. Pemakalah ketahui bahwa penderita autis memiliki sikap pendiam atau bahkan hiperaktif terhadap sesuatu, sehingga hal ini memungkinkan pustakawan untuk melakukan pelestarian bahan pustaka lebih intensif. Dengan keadaan tersebut pemakalah memiliki daya tarik tersendiri untuk meneliti tentang pemeliharaan dan pelestarian bahan pustaka di SD Harapan Mandiri terlebih terhadap koleksi bahan pustaka yang belum tentu dimiliki oleh perpustakaan lain, yaitu koleksi braile.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, pemakalah menetapkan rumusan masalahnya yaitu:
1.      Apa faktor penyebab kerusakan bahan pustaka di SD Harapan Mandiri?
2.      Bagaimana cara pencegahan kerusakan bahan pustaka di SD Harapan Mandiri?
3.      Apa kendala-kendala yang dialami dalam melakukan pelestarian bahan pustaka di SD Harapan Mandiri?
C.     Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka diketahui bahwa tujuan dari makalah ini yaitu:
1.      Untuk mengetahui apa faktor penyebab kerusakan bahan pustaka di SD Harapan Mandiri?
2.      Untuk mengetahui cara pencegahan kerusakan bahan pustaka di SD Harapan Mandiri?
3.      Untuk mengetahui apa kendala-kendala yang dialami dalam melakukan pelestarian bahan pustaka di SD Harapan Mandiri?


D.    Metode Penelitian
Metode Penelitian merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan.[7] Ada dua bagian dari metode penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Sedangkan penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif, hasilnya dituangkan dalam analisis deskriptif.
Dalam pengumpulan data, pemakalah menggunakan penelitian lapangan (field research), suatu metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dengan mengadakan penelitian di daerah populasi, yaitu di Perpustakaan SD Harapan Mandiri. Menurut Sugiyono pada bagian ini dikemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang utama adalah sebagai berikut:[8]
1.      Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Teknik pengumpilan data dengan observasi biasanya dilakukan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi yakni pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap Perpustakaan SD Harapan Mandiri yang merupakan objek penelitian kemudian peneliti mencatat hal-hal yang dianggap perlu sehubungan dengan masalah yang di teliti.
2.      Wawancara
Wawancara yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan Tanya jawab atau wawancara dengan informan yang dapat memberikan keterangan yang dibutuhkan. Objek yang akan di wawancarai adalah pustakawan yang bekerja di Perpustakaan SD Harapan Mandiri.
3.       Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui catatan lapangan atau dalam bentuk dokumentasi berupa foto yang dikumpulkan pada saat penelitian.
Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan teknik wawancara langsung dan dokumentasi, yaitu peneliti akan mengumpulkan semaksimal mungkin data-data pendukung dalam penelitian ini, sehingga memudahkan peneliti untuk menjelaskan dan menguraikan berbagai hal terkait, agar keabsahan dan kemurnian dari penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.


              

LANDASAN TEORI
A.     Pelestarian Bahan Pustaka
Pelestarian bahan pustaka sudah merupakan suatu kebutuhan, mengingat kesadaran akan keberadaan perpustakaan semakin besar. Untuk itu, untuk memudahkan pembahasan perlu dibatasi pengertian pelestarian sesuai dengan definisi dari International Federation of Library Association (IFLA) yaitu :
1.      Pelestarian (preservation)
Pelestarian yaitu mencakup semua aspek usaha melestarikan koleksi bahan pustaka dan arsip. Termasuk di dalamnya kebijakan pengelolaan, keuangan, ketenagaan, metode dan teknik, serta penyimpanannya.[9]
2.      Pengawetan (conservation)
Pengawetan yaitu membatasi pada kebijakan dan cara khusus dalam melindungi koleksi bahan pustaka dan arsip untuk kelestarian koleksi tersebut. Konservasi secara umum diartikan dengan pelestarian, namun khasanahnya sangat banyak pengertian yang ada dan berbeda pula implikasinya. Konservasi merupakan suatu upaya memelihara, melindungi dan melestarikan hasil karya[10]
3.      Perbaikan (restoration)
Perbaikan yaitu menunjuk pada pertimbangan dan cara yang digunakan untuk memperbaiki koleksi bahan pustaka dan arsip yang rusak.[11]
Pelestarian koleksi bahan pustaka menjadi salah satu tujuan penyelenggaraan perpustakaan, karena tugas pokok perpustakaan adalah mengumpulkan dokumen tertulis dari masa lalu hingga sekarang, serta menyimpannya untuk keperluan pemakai kini dan masa yang akan datang. Sangat sukar untuk memperkirakan kebutuhan pemakai pada masa yang akan datang, sehingga akan sukar pula menyusun kebijakan yang diperlukan untuk melestarikan bahan-bahan tersebut. Memang setiap perpustakaan dengan sifat kekhususan masing-masing akan berbeda tanggapan dan kebutuhannya dalam masalah ini.
B.      Jenis-jenis Bahan Pustaka
Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin banyak informasi yang dibutuhkan serta semakin banyak pula berbagai jenis bahan pustaka yang tersedia. Hal ini menuntut perpustakaan untuk dapat mengembangkan koleksinya sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Berikut ini akan dijelaskan secara garis besar berbagai jenis bahan pustaka, hasil karya pemikiran manusia yang dituangkan dalam berbagai jenis media, baik tercetak maupun noncetak.
Berikut ini adalah jenis-jenis bahan pustaka dalam berbagai bentuk media:
1.      Karya cetak
Karya cetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak, seperti berikut ini:
a.       Buku atau dikenal juga dengan istilah monograf adalah bahan pustaka yang merupakan satu kesatuan yang utuh tidak berseri. Dilengkapi dengan ISBN (International Standart Book Number)
b.      Terbitan berseri, yaitu bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus-menerus dengan jangka waktu terbit tertentu dan yang termasuk jenis adalah harian (surat kabar), majalah (mingguan, bulanan dan lainnya), bulletin, jurnal, warta/ newsletter, laporan yang terbit dengan jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan, triwulan. Setiap terbitan berseri biasanya dilengkapi dengan nomor standar yang bersifat internasional, yaitu ISSN (International Standart Serial Number).
2. Karya noncetak
Karya noncetak, meliputi bahan pustaka, dimana informasi yang disampaikannya bisa dalam bentuk suara, gambar, teks, dan juga kombinasi dua atau tiga bentuk di atas. Jenis bahan pustaka ini adalah:
a.       Rekaman suara
Yang termasuk ke dalam rekaman suara adalah piringan hitam, pita kaset, dan cakram (disk). Jika dilihat dari segi isi, diantaranya adalah rekaman music, sandiwara, pembacaan puisi, wawancara, seminar, ceramah, pelajaran bahasa, dan sebagainya.
b.  Film (gambar hidup) dan rekaman video
1) Film adalah gambar hidup yang merupakan perkembangan dari gambar biasa. Film tersebut diproyeksikan secara mekanis melalui lensa proyektor, dan pada layar terlihat gambar yang hidup.
2) Rekaman video adalah istilah yang mencakup semua bentuk video, diantaranya yang berbentuk kaset, gulungan dan cakram (disk). Alat bantu untuk melihatnya adalah VCR (Video Cassette Recorder), televise dan sekarang bisa dilihat melalui monitor computer.
3) Bahan grafika, yang termasuk jenis bahan pustaka ini adalah bahan pustaka yang harus diproyeksikan, diantaranya adalah:
a)      Filmstrip, yaitu film yang memuat gambar dalam urutan tertentu yang diproyeksikan satu persatu.
b)      Slide, yaitu gambar dalam suatu media film atau bahan transparan lain yang harus dilihat dengan bantuan proyektor slide.
c)      Transparansi, yaitu selembar bahan transparan yang berisi gambar dan dirancang untuk digunakan dengan overhead projector atau kotak sinar.
4) Bahan kartografi adalah semua karya yang merupakan representasi grafika dari bumi, bagia bumi, matahari, bulan, planet-planet, dan badanbadan ruang angkasa lainnya. Bahan pustaka ini dapat berbentuk peta dua dimensi atau tiga dimensi, peta ruang angkasa, atlas, bola dunia, foto udara dan sebagainya. 5) Bentuk mikro merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat di baca tanpa menggunakan alat bantu yaitu microreader. Contoh bentuk mikro yaitu Microfilm, Mikrofis, Aperture card, Microfilm cartridge, Microfilm jackets
6) Sumber daya elektronik
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi maka informasi dapat dituangkan kedalam media elektronik seperti pita magnetic dan cakram atau disk dan juga buku atau jurnal dalam bentuk elektronik yang sekarang dikenal dengan istilah electronic collection (e-collection), yang terdiri dari buku dan jurnal elektronik. Contoh sumber daya elektronik adalah CD-ROM (Compact Disc Read Only Memory), disket, bahan pustaka yang dilayangkan secara online, seperti journal online. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti computer.
C.      Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka
Ada banyak sekali faktor kerusakan bahan pustaka, seperti halnya yang disebutkan oleh Edwin Ellis Badu dalam jurnal internasional yaitu        
The agents which cause deterioration of materials in the library may be broadly classified as:[12]
1.      Biological
2.      Chemical
3.      Mechanical
4.      Natural disasters
Hal-hal yang dapat penyebab kerusakan pada bahan di perpustakaan secara luas dapat diklasifikasikan sebagai:
1.      Biologis
2.      Kimia
3.      Mekanik
4.      Bencana alam
Sedangkan menurut Bafadal Ibrahim ada dua faktor yang membuat buku-buku (bahan pustaka) menjadi rusak, yaitu pertama faktor manusia, misalnya pemustaka yang tidak sadar akan pentingnya buku-buku seringkali merusak buku-buku, misalnya mencoret-coret buku, atau merobeknya. Kedua, faktor alamiah misalnya kelembaban udara, air, api, jamur, debu, sinar matahari, dan serangga.[13]
Adapun faktor penyebab kerusakan tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Faktor internal
Faktor internal yaitu kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh kandungan asam dalam kertas itu sendiri yang dapat mempercepat kerusakan bahan pustaka. Menurut Sudarsono, faktor-faktor lain yang menyebabkan kerusakan koleksi bahan pustaka adalah suhu, kualitas lingkungan, cahaya, hewan, insektisida, dan jamur, penggunaan dan salah penanganan, bencana alam dan musibah.[14]
2.      Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu kerusakan bahan pustaka yang berasal dari luar bahan pustaka, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
a.       Faktor lingkungan
Faktor lingkungan adalah faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan koleksi yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan disekitarnya, antara lain yaitu:
1)      Suhu dan kelembaban udara
Faktor iklim seperti suhu dan kelembaban merupakan penyebab kerusakan bahan pustaka. Suhu udara dan kelembaban relative akan sangat menentukan kelestarian koleksi bahan pustaka dan arsip. Kondisi yang selalu disebut sebagai ideal untuk menyimpan koleksi bahan pustaka dan arsip adalah suhu udara yang tetap antara 16°C dan 21°C dengan kelembaban relative antara 40% dan 60%, serta sirkulasi udara yang baik.
2)      Serangga dan binatang pengerat
Beberapa jenis serangga yang dapat merusak bahan pustaka yaitu rayap, kutu buku, kecoa, tikus dan lain-lain.
3)      Cahaya
Sumber cahaya digunakan untuk penerangan ruang perpustakaan ada dua yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Cahaya yang di maksud disini adalah cahaya ultra violet yang berperan dalam proses penguraian zat organik. Ultra violet dapat dihasilkan oleh lampu TL. Dalam ruang baca bahan langka tingkat cahaya yang menyinari bahan pustaka harus rendah tetapi masih tetap nyaman untuk kegiatan membaca. Selain itu sinar matahari juga harus dihindarkan dari koleksi karena cahaya ini biasanya masuk melalui jendela atau celah-celah kecil yang dapat dilalui oleh sinar matahari. Idealnya diperlukan filter untuk menahan sinar ini.
4)      Debu
Debu merupakan salah satu partikel-partikel kecil yang terdapat dalam udara. Debu tersebut sangat berdampak negative terhadap buku. Debu-debu tersebut dapat masuk secara mudah ke dalam ruang perpustakaan melalui pintu, jendela, atau lubang-lubang angin perpustakaan. Apabila debu melekat pada kertas, maka akan terjadi reaksi kimia yang meninggikan tingkat keasaman pada kertas. Akibatnya kertas menjadi rapuh dan cepat rusak. Disamping itu apabila keadaan ruang perpustakaan lembab, debu yang bercampur dengan air lembab itu akan menimbulkan jamur pada buku dan merupakan makanan bagi serangga-serangga. Debu tersebut sangat mudah bersenyawa dengan kertas, apalagi pada ruangan yang lembab. Untuk menghindari kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh debu, perpustakaan hendakanya selalu bebas dari debu. Caranya ialah dengan selalu membersihkan ruang perpustakaan.
5)      Jamur
Kehadiran jamur pada buku dapat terjadi bila keadaan buku berdebu, kotor dan lembab. Pada tempat-tempat yang terdapat banyak makanan, jamur akan berkembang biak dengan sangat subur apalagi bila cuaca pada tempat itu lembab. Pada buku, bagian yang cepat terserang jamur adalah pinggir atas buku, kemudian kulit dan punggung buku. Secara umum dalam pertumbuhannya, jamur membutuhkan suhu yang hangat yaitu berkisar antara 25°C atau lebih, kelembaban berkisar antara 70% RH atau lebih, dan penerangan yang kurang serta sirkulasi yang buruk.
b.      Faktor manusia
Dalam hal-hal tertentu, manusia dapat juga digolongkan sebagai musuh buku. Sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja, kenyataan telah membuktikan bahwa telah banyak terjadi kerusakan buku karena perbuatan manusia. Di sini peran utama dipegang oleh manusia. Huyn, mengatakan bahwa:
“Data of the research also found out that it is human factors needed to be considered as the main cause of these deteriorations happening while they are processing or using the documents. Human beings will accidentally or intentionally harm the materials”.[15]
            Data penelitian juga menemukan bahwa faktor manusia perlu dipertimbangkan sebagai penyebab utama kerusakan ini yaitu saat mereka menggunakan dokumen-dokumen. Dalam keadaan sengaja maupun tidak sengaja manusia juga akan menjadi faktor perusak bahan pustaka.
Dari pendapat diatas, dapat disumpulkan bahwa manusia sebagai pemustakapun turut menjadi bagian dari perusak bahan pustaka tersebut.
c.       Faktor Bencana Alam
Bencana alam seperti kebakaran atau banjir dapat mengakibatkan kerusakan koleksi bahan pustaka. Apabila bencana alam atau musibah terjadi, kerusakan atas koleksi dapat terjadi dalam volume yang besar dan dapat terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Bencana akan selalu sukar diperkirakan datangnya, seperti juga musibah. Namun yang selalu dapat diusahakan adalah usaha penyelamatan dan pelaksanaan kesiagaan untuk menekan timbulnya musibah sekecil mungkin. Dalam hal ini pustakawan dituntut memahami berbagai prosedur penyelamatan serta penanganan sistem keamanan secara benar.
D.    Kendala-kendala yang dihadapi dalam Pelestarian dan Pegawetan Bahan Pustaka
Pelestarian dan pengawetan bahan pustaka memiliki banyak kendala, seperti :
1.      Kurangnya tenaga pelestarian di Indonesia
2.      Banyak pimpinan serta pemegang kebijakan belum memahami pentingnya pelestarian sehingga menyebabkan kurangnya dana, perhatian dan fasilitas yang tersedia.
3.      Praktek pelestarian di Indonesia selama ini masih banyak yang salah.
4.      Berbagai bahan pustaka yang disimpan di perpustakaan di Indonesia tercetak dalam kertas yang beraneka ragam mutunya.
5.      Berbagai ruang perpustakaan tidak dirancang bangun yang sesuai dengan keperluan pelestarian dan pengawetan.
6.      Belum terdapat kebijakan pelestarian bahan pustaka nasional




GAMBARAN UMUM
A.   Profil SD Harapan Mandiri
SD Harapan Mandiri dinaungi oleh Yayasan Bina Sahabat Mandiri (BAM). SD Harapan Mandiri berakreditasi-B. [16] Yayasan Bina Autis Mandiri menerima Terapi Anak Berkebutuhan Khusus; Autis, ADHD, Keterlambatan Bicara serta berkebutuhan khusus lainnya dan juga menaungi SLB Autis Harapan Mandiri (SDLB-SMPLB-SMALB) berakreditasi-B. SD Harapan Mandiri terdiri  dari peserta didik khusus dan peserta didik regular. Peserta didik khusus yaitu siswa penderita autis dan tuna grahita, sedangkan peserta didik regular yaitu peserta didik yang berasal dari keluarga tidak mampu dan mereka adalah siswa yang normal secara fisik maupun mental. Siswa regular yang berasal dari keluarga yang benar-benar tidak mampu tidak dipungut biaya pendidikan (gratis).
Yayasan Bina Autis Mandiri (BAM) di kota Palembang diketuai oleh Dr. Muniati Ismali. Ia juga mendirikan sekolah dengan kurikulum khusus untuk penderita autis yang bernama SD Harapan Mandiri pada tahun 2004 dengan biaya pribadi, serta mendirikan klinik yang menyediakan terapi bagi anak-anak autis setahun kemudian. Dr. Muniyati Ismail adalah seorang dokter, pengusaha dan aktivis Indonesia dari Palembang, Sumatera Selatan. Ia dikenal sebagai aktivis yang peduli terhadap anak-anak penderita penyakit autis.
B.     Letak lokasi Penelitian
Alamat SD Harapan Mandiri berada di Jl. Suhada No.44, Lorok Pakjo, Ilir Bar. I, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30126.
C.      Visi dan Misi SD Harapan Mandiri
            Visi SD Harapan Mandiri yaitu menjadi lembaga pendidikan yang berprestasi tinggi dalam mengembangkan kecerdasan nalar berbasis pengembangan kejernihan dan naluru peserta didik.
            Adapun misi SD Harapan Mandiri yaitu:
1.      Mengenalkan peserta didik kepada kepedulian terhadap sesame
2.      Menanamkan semangat juang
3.      Melatih kemampuan berbahasa dengan membangun tradisi lingkungan yang mendukung
4.      Mengasah nalar peserta didik dengan pola yang menarik, menyenangkan dan mencerahkan.


 

PEMBAHASAN
A.     Faktor-faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka pada Perpustakaan SD Harapan Mandiri
Kerusakan bahan pustaka dapat disebab oleh beberapa faktor yaitu:[17]
1.      Faktor biologi, misal serangga (rayap, kecoa, kutu buku) binatang pengerat dan jamur.
2.      Faktor fisika, misal cahaya, udara atau debu, suhu dan kelembapan
3.      Faktor kimia, misal zat-zat kimia, keasaman dan oksidasi.
4.      Faktor-faktor lain, misal banjir, gempa bumi, api dan manusia.
Setiap pustakawan harus dapat mencegah terjadinya kerusakan bahan pustaka, kerusakan itu dapat dicegah jika kita mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Oleh karena itu, agar bahan pustaka dapat bertahan lama sehingga informasi yang ada di dalamnya dapat di akses oleh pemakai secara optimal di perlukan usaha pelestarian. Untuk dapat memberikan perlakuan terhadap bahan pustaka yang tepat, agar terhindar dari kerusakan, perlu memahami faktor-faktor kerusakan tersebut.
Serangga merupakan masalah yang pelik dinegara tropis. Makanan yang digemarinya ialah lem atau perekat yang terbuat dari tepung kanji. Siklus dari kehidupan serangga terdiri atas beberapa fase yaitu telur, larva, kepompong, dewasa. Kerusakan terjadi ketika serangga hidup pada fase larva. Lingkungan yang lembab, gelap, sirkulasi udara yang kurang merupakan tempat yang ideal bagi serangga. Jenis-jenis serangga dapat digolongkan sebagai berikut: a) rayap, b) kecoa, c) ikan perak, d) kutu buku, e) ngengat, f) kumbang bubuk.
Serangga-serangga yang berupa rayap dan lipas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan SD Harapan Mandiri. Serangga-serangga tersebut banyak besarang di tiap-tiap sudut rak buku dan tumpukan buku. Serangga berbahaya bagi buku karena makanannya adalah kanji yang terkandung di dalam bahan perekat pada sampul dan punggung buku, sehingga dapat merusak jilid buku. Bahan pustaka yang ada di Perpustakaan SD Harapan Mandiri banyak yang telah usang, sehingga rayap atau serangga lebih senang untuk bersarang di dalamnya.
Debu merupakan salah satu faktor utama yang merusak bahan pustaka di Perpustakaan SD Harapan Mandiri. Debu dapat masuk melalui jendela perpustakaan, pintu, dan ventilasi perpustakaan. Apalagi Perpustakaan SD Harapan Mandiri yang ada dibiarkan terbuka, sementara perpustakaan tersebut belum memiliki gorden, sehingga celah tempat masuknya debu sangat besar.
Posisi Perpustakaan SD Harapan Mandiri yang terletak di lantai dua, dimana jendela dan bahan pustaka terletak di sebelah timur menyebabkan bahan pustaka langsung terkena matahari karena masuk langsung melaluai jendela dan ventilasi yang tidak dilengkapi gorden.[18]
Dapat disimpulkan, cahaya ultraviolet yang langsung masuk ke dalam ruangan dapat memudarkan tulisan yang terdapat pada bahan pustaka sebab bahan pustaka merupakan salah satu benda yang menyerap cahaya. Kerusakan bahan pustaka juga diakibatkan adanya penyerapan energi radiasi. Cahaya ultraviolet yang mengandung radiasi panas menyebabkan kenaikan suhu ruangan.
Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor manusia yang umumnya tejadi di setiap perpustakaan sekolah juga terjadi di Perpustakaan SD Harapan Mandiri. Siswa-siswi yang kurang disiplin dalam menggunakan buku-buku perpustakaan menyebabkan banyak kerusakan pada bahan pustaka seperti membuat lipatan sebagai tanda baca atau melipat buku ke belakang, Bahkan ada yang dengan sengaja merobek halaman tertentu yang mereka butuhkan. Terlebih siswa SD Harapan mandiri sebagai penyandang autis dan tuna grahita yang memiliki kebutuhan khusus untuk diperhatikan dan dirahkan dalam memperlakukan bahan pustaka yang mereka inginkan. Tak jarang pula para siswa dan terkadadng siswa membawa makanan seperti goreng-gorengan yang banyak mengandung minyak. Minyak yang lengket dapat menjadikan tinta pada buku pudar dan dapat menjadikan kertas lunak dan rapuh. Tetapi bahan pustaka yang rusak diakibatkan oleh faktor manusia tidak bisa dihitung lagi karena rata-rata buku yang ada pada umumnya banyak yang terkena minyak dan ada yang sengaja dilipat oleh siswa sebagai tanda pembatas dalam membaca buku.[19]
             Kerusakan bahan pustaka di SD Harapan Mandiri disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor fisika seperti debu, pencahayaan diruangan, dan fsktor manusia. Debu menjadi faktor utama yang merusak bahan pustaka, karena debu merupakan partikel yang mudah masuk melalui jendela vetilasi, lalau yang kedua yaitu sinar matahari, sinar ultraviolet dapat dengan mudah masuk melalui jendela kaca yang terdapat diruangan apalagi lokasi ruang perpustakaan terletak dilantai nomor dua, serta tata letak rak yang sangat dekat dengan jendela kaca, sehingga menyebabkan bahan pustaka terpapar langsung dengan sinar ultraviolet yang dapat memudarkan tulisan dari bahan pustaka, bahan pustaka yang terbuat dari kulit kayu bisa menyerat cahaya. Lalu faktor lainnya, faktor manusia  pemustaka atu pengguna dari SD Harapan Mandiri ialah anak-anak yang belum begitu faham mengenai cara memperlakukan buku yang baik dan benar, sehingga tak jarang siswa-siswa mencoret buku dengan pensil warna, melipat halaman buku, dan bahkan ada yang tanpa sengaja merobek buku. Karena siswa-siswa disana merupakan anak-anak penyandang autis yang memiliki tingkat keaktifan yang lebih dari anak yang normal pada umumnya.

B.      Cara Pencegahan kerusakan Bahan Pustaka di Perpustakaan SD Harapan Mandiri

Kerusakan bahan pustaka juga bisa dilihat dari faktor eksternal yang disebabkan oleh lingkungan. Sinar matahari harus dihindarkan dari koleksi karena cahaya ini biasanya masuk melalui jendela atau celah-celah kecil yang dapat dilalui oleh sinar matahari. Idealnya diperlukan filter untuk menahan sinar ini.[20]
Buku-buku atau bahan pustaka harus dijaga dari paparan langsung sinar matahari, caranya adalah dengan pemasangan gorden disetiap jendela yang ada di perpustakaan. Hal ini bertujuan agar buku-buku tidak kering, menguning, kusut dan buram. Tetapi di Perpustakaan SD Harapan Mandiri belum melakukan langkah-langkah penyelamatan bahan pustaka dari kerusakan sinar matahari.
Penanggulangan dari faktor fisika seperti debu dilakukan dengan pemasangan kipas angin selama jam kerja, kemoceng, sapu, pengepel, dan lap. Pemeliharaan dan pelestarian bahan pustaka dari faktor biologi seperti serangga, rayap, jamur, dan tikus dilakukan dengan cara menjaga kebersihan ruang penyimpanan bahan pustaka dari sampah-sampah yang dapat mengundang datangnya binatang perusak tersebut. Untuk mengusir atau membunuh serangga dan rayap perpustakaan menggunakan kapur barus, untuk mengusir atau membunuh tikus perpustakaan menggunakan racun tikus dan lem tikus karena menurut pustakawan cara lebih efektif. Selain itu pustakawan juga melakukan penyampulan terhadap beberapa buku untuk melestarikan bahan pustaka di perpustakan SD Harapan Mandiri.
Cara pelestarian pustakawan terhadap koleksi braile yang ada di perpustakaan SD Harapan Mandiri yaitu dengan cara memisahkan koleksi braile dengan koleksi buku lainnya di lokasi yang berbeda. Koleksi braile diletakan didalam lemari yang tertutup kaca dan terhindar dari paparan sinar matahari secara langsung. Pemberian kapur barus disekitar koleksi untuk menghindari kerusakan dari faktor biologis. Alasan pemisahan lokasi koleksi ini yaitu karena di SD Harapan Mandiri tidak memiliki siswa tuna netra dan guru yang memumpuni untuk mengajarkan huruf braile, sehingga koleksi ini hampir tidak pernah digunakan.[21]
Untuk menjaga dan merawat bahan pustaka dari kerusakan yang diakibatkan oleh manusia, pihak perpustakaan sesering mungkin melakukan pengecekan dan memperhatikan serta membimbing siswa yang datang di perpustakaan. Berdasarkan hasil wawancara bahwa, pihak perpustakaan tidak memungut biaya dari kerusakan bahan pustaka. Hal ini karena siswa SD Harapan Mandiri merupakan siswa yang tergolong perekonomian menengah kebawah. Biasanya dana dan koleksi bahan pustaka didapat dari sekolah dan sumbangan dari luar serta wali murid dari siswa yang berkebutuhan khusus.
Adapun cara pencegahannya dari beberapa faktor yang disebutkan diatas, mencegah kerusakan bahan pustaka karena pemudaran warna kertas akibat sinar ultraviolet bisa memasang gorden di jendela kaca agar bahan pustaka tidak terpapar langsung dengan sinar matahari. Lalu pencegahan dari faktor eksernla lainnya seperti debu bisa dengan membersihkan ruangan dengan rutin agar partikel debu tidak mudah masuk ke dalam ruangan, serta memberitahu siswa bahwa tidak diperbolehkan membawa makanan di ruang perpustakaan dengan cara memberikannya secara lisan atau pun menempelkan kertas yang bertuliskan dilarang membawa makanan, lalu pustakawan juga bisa menaruh kapur barus rak untuk pencegahan dari faktor bilogi seperti serangga, hewan pengerat dan jamur. Jika koleksi sudah benar-benar rusak pustakwan bisa memperbaikinya dengan cara mengganti lembar yang robek dengan cara menambal dan jika buku ersebut terlepas dari sampulnya, hal bisa dilakukan dengan cara menjilid buku kembali.
C.     Kendala yang Dihadapi dalam Kegiatan Pemeliharaan dan Pelestarian Bahan Pustaka di Perpustakaan SD Harapan Mandiri
Perawatan merupakan kegiatan pelestarian dan perlindungan terhadap bahan pustaka yang membutuhkan kesabaran dan perhatian khusus. Untuk melakukan kegiatan perawatan pemeliharaan dan pelestarian dibutuhkan keahlian dari seorang pustakawan profesional. Sementara itu Perpustakaan SD Harapan Mandiri belum dapat memenuhi kebutuhan akan pustakawan profesional tesebut. Perpustakaan SD Harapan Mandiri hanya memiliki satu orang penjaga pustaka yang merangkap sebagai guru. [22]
Kekurangan dana yang dialami oleh Perpustakaan SD Harapan Mandiri juga disebabkan oleh kurangnya perhatian dari pihak-pihak yang berwenang di sekolah. Dalam pengadaan mereka perpustakaan hanya memerlukan seorang pengawas yang bertugas menjaga bahan perpustakaan tanpa memperhatikan perawatannya serta berbagai kebutuhan yang diperlukan untuk perawatan dan pemeliharaan bahan pustaka.[23]
Jadi kesimpulannya, ada tiga kendala yang dihadapi dalam kegiatan pemeliharaan dan pelestarian bahan pustaka di SD Harapan Mandiri:
1.      Kekuarangan tenaga Sumber Daya Manusia yang memumpuni di bidnagnya dalam mengelolah bahan pustaka
2.      Pemasukan dana yang tidak begitu teratur untuk melakukan kegiatan pelestarian karena dana didapat berasal dari donasi para wali murid yang berkebutuhan khusus
3.      Serta tidak mendapatkan perhatian khusus dari pihak-pihak yang berwewenang dalam membantu pelestarian









PENUTUP
A.     Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti menarik beberapa kesimpulan tentang Pelestarian Bahan Pustaka di Perpustakaan SD Harapan Mandiri diantaranya yaitu:
1.      Kondisi fisik bahan pustaka di Perpustakaan SD Harapan Mandiri sebagian sudah mengalami kerusakan dengan berbagai tingkat kerusakan, mulai dari kerusakan ringan sampai dengan kerusakan berat.
2.      Proses pelestarian bahan pustaka di SD Harapan Mandiri yaitu pustakawan melakukan pemeliharaan atau perawatan bahan pustaka, pencegahan kerusakan bahan pustaka dan perbaikan bahan pustaka namun belum dilaksanakan secara optimal sesuai dengan pelestarian yang sebenarnya.
3.      Kendala-kendala yang dihadapi pustakawan dalam melestarikan bahan pustaka di Perpustakaaan SD Harapan Mandiri yaitu dana, ruangan yang sempit, penggunaan alat-alat yang masih manual dan kurangnya pustakawan serta minimnya pengetahuan staf mengenai teknik pengelolahan dan pelestarian di perpustakaan.

B.     Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, ada beberapa saran diantaranya sebagai berikut:
1.      Perpustakaan SD Harapan Mandiri hendaknya memperhatikan kondisi bahan pustaka dengan cara memasang tata tertib atau aturan tentang bagaimana cara memakai atau menggunakan buku dengan baik dan benar. Dan hendaknya kondisi kondisi lingkungan pada ruang perpustakaan khususnya suhu dan kelembaban udara perlu diperhatikan.
2.      Pustakawan seharusnya melakukan pelestarian bahan pustaka sesuai dengan prosedur-prosedur dalam pelestarian seperti melakukan fumigasi, penjilidan dan sebagainya.
3.      Menambah tenaga atau staf khususnya di bidang pemeliharaan bahan pustaka agar kerusakan dan perbaikan koleksi dapat teratasi dengan cepat dan Perpustakaan SD Harapan Mandiri seharusnya menyediakan alat-alat untuk perbaikan bahan pustaka.





















                                                                
DAFTAR PUSTAKA
Edwin Ellis Badu, "The preservation of library materials: a case study of University of Science and Technology Library in Ghana", Aslib Proceedings, Vol. 42 Iss 4 pp. 119 – 125, jurnal diakses pada 21 November 2018 dari http://dx.doi.org/10.1108/eb051166 .
Huynh, Trang Thi. Cuc Hong Lam "Enhancing librarianship students’ awareness of preservation at the learning resource center of a Mekong Delta university", Information and Learning Science, Vol. 119 Issue: 7/8, pp.414-421, jurnal diakses pada 2 Desember 2018 dari https://doi.org/10.1108/ILS-12-2017-0127.
Ibrahim, Andi Ibrahim. Pelestarian Bahan Pustaka. Makasar: Alaudin Uniersity Press, 2014.
Ibrahim, Bafadal. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Bumi Akasara, 2006.
Iskandar “Pencegahan Keusakan Bahan Pustaka Dari Faktor Fisika, artikel diakses pada Sabtu, 8 Desember 2018, dari http://www.iskandar-al-jaya.blogspot.com
Martoatmodjo, Karmidi. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1993.
Martoatmodjo, Karmidi. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1993.
Martoatmodjo, Karmidi. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Yayasan Multiwijaya, 1997
Nasir. Metodologi Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2009.
Pawit, M. Yusuf dan Yaya Suhendra. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Kencana, 2005.
Profil Yayasan Bina Autis Mandiri Palembang, dalam wikimapia.org, diakses pada Selasa, 27 November 2018 pukul 10.30.
Sudarsono, Blasius. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto,2006.
Sudarsono, Blasius. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2006.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Suatu Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2014.
Sutarno P. Membina Perpustakaan Desa. Jakarta : Sagung Seto, 2008.
Wawancara pribadi dengan Rika  S.Pd, Palembang 01 Oktober 2018.
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar