Halaman

Senin, 10 Desember 2018

History of Library "library science"


Name          : Dewi Krisnawati
NIM           : 1710403004
Class           : 17 Pus A
Subjects      : English for Librarian
Lecturer      : Dalilan, M. Hum
History of Library
History of Library Before Masehi
From 2.500 before Masehi in Mesir Found the paper from Papyrus, that is a grass pounded and dried. And  use to wrote using sculptures and ink. From Parpyrus we know about paper, papier and papiros which means paper.
History of Library After Masehi
Papyrus is quite famous, because it was finally developed from paper in modern era. Roman occupation plays important role in development library. Many libraries istablished by the romans, there are Library in Timgad, North Africa and the big library is Ulpian. Many collection like Greece and Latin.
History of Library in Indonesia
In Indonesia history of library start in 400 years. From that found the writings of  Kutai kingdom. In 414 years in Tarumanegara many Brahmana need religion text and there are in Pundit’s house.
In Java, history of library begin from Mataram Kingdom. In Mataram kingdom many poet of kingdom wrote text literature. There are histories of Arjuna Wiwaha, Mahabharata and Ramayana.
From that we know, the text  from palm leaf just for a people from kingdom. When the script started a lot like books about Bharatayudha, Hariwangsa, Sutasoma and Kresnayana. From Singasari kingdom any books about Negarakertagama, Sutasoma and so on.
The activity of storing and writing the manuscript is still continued by kingdom of Demak, Banten, Mataram, Surakarta Pakualaman, Mangkunegoro, Cirebon, Melayu, Jambi, Mempawah, Makassar, Maluku, dan Sumbawa. From Cirebon known to be produced dozens of books written about century 16th and 17th. The books are Pustaka Rajya-rajya & Bumi Nusantara (25 jilid), Pustaka Praratwan (10 jilid), Pustaka Nagarakretabhumi (12 jilid), Purwwaka Samatabhuwana (17 jilid), legal texts (2 jilid), Usadha (15 jilid), Manuscripts Masasastra (42 jilid), Usana (24 jilid), Kidung (18 jilid), Pustaka prasasti (35 jilid), Serat Nitrasamaya pantara ning raja-raja (18 jilid), Carita sang Waliya (20 jilid) and many other. From that can be said that Cirebon is one of the bookkeeping center.
The arrival of the western nation in 16th century bringin  its own culture. Libraries are buil to support religious programs. The library was first building is Church library in Batavia.  And inaugurated  in 1624 and the librarian is Abraham  Fierenius. From here, library not just for family’s kingdom, but can be enjoyed by the general public.
In 1962, culture institutions submitted to the government and its name is change to central museum and change again to Nasional Museum. But the library of that we know as Library Nasional Museum.
In Japan era, nothing activity of librarianship. Because Japan deployed all the energy for foreign war purposes. At the beginning of his power, Japan prohibits circulation of books. All of schools are closed.
Final ly, National Library of Republic Indonesia is established in Jakarta. The first collection as many as 202 images represent the largest number of  Rach an image. He recorded important events in Indonesia and some countries in Asia.















Translate
Sejarah Sebelum Masehi.
Ditahun 2500 SM di Mesir ditemukan tulisan dari Papyrus yaitu rumput yang ditumbuk diratakan dan dikeringkan. Digunakan menulis dengan menggunakan pahatan dan tinta. Dari papyrus inilah kemudian dikenal dengan istilah paper, papier dan papiros yang berarti kertas.
Sejarah Sesudah Masehi.
Keadaan papyrus cukup terkenal karena pada akhirnya dikembangkan berupa kertas dizaman modern. Penjajahan bangsa Romawi berperan penting dalam penyebaran perpustakaan hingga ke pelosok. Perpustakaan yang didirikan oleh bangsa romawi yaitu seperti Perpustakaan di Timgad, Afrika Utara tahun 98-117 M. Perpustakaan terbesar yaitu Perpustakaan Ulpian dengan koleksinya berupa  karya Yunani dan Latin.
Sejarah Perpustakaan di Indonesia
Di Indonesia sejarah perpustakaan dimulai tahun 400-an yaitu saat lingga batu denga tulisan palawa ditemukan dari kerajaan Kutai. Musafir Fa-Hsien tahun 414 menyatakan kerajaan Tarumanegara banyak dijumpai kaum brahmana yang memerlukan manuskrip keagamaan yang di jumpai di kediaman pendeta.



Dipulau jawa, sejarah perpustakaan dimulai pada masa Kerajaan Mataram. Dan ini karena kerajaan mataram dikenal pujangga keratin yang menulis berbagai karya sastra. Menyusul kitab-kitab penting seperti Arjuna Wiwaha, Mahabharata dan Epos Ramayana.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa naskah yang ditulis tangan dalam media daun lontar hanya dipruntukan oleh kaalangan khusus kerajaan. Ketika naskah-naskah dari kerajaan mulai banyak bermunculan dan pembaharuan seperti Kediri dengan kitab Bharatayudha, Hariwangsa, Sumanasantaka dan Kresnayana, kerajaan Singosari denan kitab Negarakertagama dan Sutasoma serta karya –karya lain.
Kegatan penulisan dan penyimpanan naskah masedi terus silanjutkan oleh kreajaan dan kesultanan yang tersebar di Nusantara seperti  Demak, Banten, Mataram, Surakarta Pakualaman, Mangkunegoro, Cirebon, Melayu, Jambi, Mempawah, Makassar, Maluku, dan Sumbawa. Dari Cerebon diketahui dihasilkan puluhan buku yang ditulis sekitar abad ke-16 dan ke-17. Buku-buku tersebut adalah Pustaka Rajya-rajya & Bumi Nusantara (25 jilid), Pustaka Praratwan (10 jilid), Pustaka Nagarakretabhumi (12 jilid), Purwwaka Samatabhuwana (17 jilid), Naskah hukum (2 jilid), Usadha (15 jilid), Naskah Masasastra (42 jilid), Usana (24 jilid), Kidung (18 jilid), Pustaka prasasti (35 jilid), Serat Nitrasamaya pantara ning raja-raja (18 jilid), Carita sang Waliya (20 jilid), dan lainlain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Cirebon merupakan salah satu pusat perbukuan pada masanya. Seperti pada masamasa sebelumnya buku-buku tersebut disimpan di istana.






Kedatangan bangsa Barat pada abad ke-16 membawa budaya tersendiri. Perpustakaan mulai didirikan mula-mula untuk tujuan menunjang program penyebaran agama mereka. Berdasarkan sumber sekunder perpustakaan paling awal berdiri pada masa ini adalah pada masa VOC (Vereenigde OostJurnal Indische Compaqnie) yaitu perpustakaan gereja di Batavia (kini Jakarta) yang dibangun sejak 1624.  Namun karena beberapa kesulitan perpustakaan ini baru diresmikan pada 27 April 1643 dengan penunjukan pustakawan bernama Ds. (Dominus) Abraham Fierenius. Pada masa inilah perpustakaan tidak lagi diperuntukkan bagi keluarga kerajaan saja, namun mulai dinikmati oleh masyarakat umum.

Rademaker, ketua Raad van Indie (Dewan Hindia Belanda). Ia memprakarsai pengumpulan buku dan manuskrip untuk koleksi perpustakaannya. Perpustakaan ini kemudian mengeluarkan katalog buku yang pertama di Indonesia yaitu pada tahun 1846 dengan judul Bibliotecae Artiumcientiaerumquae Batavia Florest Catalogue Systematicus hasil suntingan P. Bleeker. Edisi kedua terbit dalam bahasa Belanda pada tahun 1848. Perpustakaan ini aktif dalam pertukaran bahan perpustakaan. Penerbitan yang digunakan sebagai bahan pertukaran adalah Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschapn van Kunsten en Wetenschappen, Jaarboek serta Werken buiten de Serie. Karena prestasinya yang luar biasa dalam meningkatkan ilmu dan kebudayaan, maka namanya ditambah menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Nama ini kemudian berubah menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia pada tahun 1950.
Pada tahun 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia dan namanyapun diubah menjadi Museum Pusat. Koleksi perpustakaannya menjadi bagian dari Museum Pusat dan dikenal dengan Perpustakaan Museum Pusat. Nama Museum Pusat ini kemudian berubah lagi menjadi Museum Nasional, sedangkan perpustakaannya dikenal dengan Perpustakaan Museum Nasional.
ada zaman pendudukan Jepang tidak ada kegiatan kepustakawanan, karena Jepang mengerahkan semua tenaga untuk keperluan mesin perang. Pada awal kekuasaannya, Jepang melarang peredaran buku berbahasa Belanda, Inggris dan bahasa Eropa lainnya. Semua sekolah tinggi ditutup. Baru ketika Jepang mulai terdesak beberapa sekolah tinggi dibuka kembali, untuk keperluan Jepang.
finishhhhhhh
Akhirnya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia didirikan di Jakarta dan Rijksmuseum di Amsterdam sejak tahun 1995 telah memulai adanya kerjasama dalam pelestarian warisan budaya bangsa. Pada tahap pertama dikhususkan pada gambar-gambar yang dibuat oleh Johannes Rach (1720-1783). Koleksi yang dimiliki Perpustakaan Nasional RI sebanyak 202 buah gambar merupakan jumlah terbesar dari seluruh gambar Rach yang merekam peristiwa penting di Indonesia dan beberapa negara di Asia. Sebagai salah satu museum terbesar di negeri Belanda, Rijkmuseum juga memiliki gambar Johannes Rach yaitu sebanyak 40 buah gambar. Agar dapat didayagunakan oleh masyarakat luas kedua pihak telah menjajaki kemungkinan untuk mengumpulkan koleksi tersebut dan dipublikasikan dalam bentuk pameran maupun terbitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar