PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI SD HARAPAN MANDIRI PALEMBANG
Ahmad Nasrah Arrasyid, Lidya Dwi Febrianti, Fitri Yanti, Suci Oktarini,
Dewi Krisnawati
Program Studi Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Raden Fatah Palembang
amdnasraharrasyid7@gmail.com, lidya010299@gmail.com, fitriyanti2085@gmail.com, suciokt1814@gmail.com, krisnawatidewi26@gmail.com
ABSTRAK
Perpustakaan
memiliki informasi yang sangat penting bagi pemustaka, dengan demikian
pengelolaan informasi harus dilakukan dengan baik begitupun dengan pemeliharaan
bahan pustaka agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Setiap bahan
pustaka memiliki tingkat ketahananan yang berbeda, pemeliharaan yang intensif
juga dibutuhkan agar kerusakan bahan pustaka dapat dicegah. Salah satu upaya
dapat dilakukan dengan cara pelestarian (preservation). Pustakawan harus
mampu memperbaiki bahan pustaka yang mengalami kerusakan baik kecil, maupun
kerusakan besar. Banyaknya kerusakan bahan pustaka sangat jelas membawa dampak
negatif pada kelancaran dan kepuasan pemustaka itu sendiri. Adapun cara
pelestarian bahan pustaka itu sendiri tergantung pada kebijakan perpustakaan
itu sendiri. Oleh karena itu pelestarian bahan pustaka perlu dilakukan. SD
Harapan Mandiri merupakan sekolah yang dinaungi oleh Yayasan Bina Autis Mandiri
(BAM) yang memiliki perpustakaan yang tidak terlalu luas. Siswa SD Harapan
Mandiri terdiri dari siswa regular dan khusus. Siswa khusus yaitu penyandang
autis, dimana pemakalah ketahui mereka memiliki sikap yang tidak stabil,
sehingga membutuhkan bimbingan khusus dari pustakawan saat memilih koleksi.
Koleksi bahan pustaka di perpustakaan SD Harapan Mandiri bukan hanya buku biasa
melainkan juga terdapat koleksi buku braile. Berdasarkan fakta-fakta tersebutlah pemakalah memiliki daya
tarik tersendiri untuk meneliti bagaimana cara pelestarian bahan pustaka yang
dilakukan di perpustakaan SD Harapan Mandiri Palembang. Tujuan penelitian
ini yaitu untuk mengetahui perubahan faktor apa yang menjadi penyebab kerusakan bahan pustaka, dan
bagaimana cara pencegahan kerusakan
bahan pustaka di SD Harpan Mandiri serta kendala yan dialami dalam
melakukan pelestarian bahan pustaka di SDHarapan Mandiri. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif yang dilakukan dengan cara
observasi lapangan, studi pustaka, wawancara dan hasilnya menggunakan analisis
deskriptif. Hasil dari penelitan pemakalah dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik
bahan pustaka sebagian sudah mengalami kerusakan dengan berbagai tingkat
kerusakan. Proses pelestarian bahan pustaka pustakawan melakukan pemeliharaan
atau perawatan bahan pustaka,
pencegahan kerusakan bahan pustaka dan perbaikan bahan pustaka namun
belum dilaksanakan secara optimal sesuai dengan pelestarian yang
sebenarnya. Kendala-kendala yang dihadapi yaitu dana, ruangan yang sempit,
penggunaan alat-alat yang masih manual dan minimnya pengetahuan pustakawan
tentang perpustakaan.
Kata
kunci: Perpustakaan, pelestarin dan SD Harapan Mandiri.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perpustakaan mempunyai arti sebagai suatu tempat yang didalamnya
terdapat kegiatan penghimpunan, pengolahan dan penyebar luasan (pelayanan)
segala macam informasi, baik yang tercetak maupun yang terekam dalam berbagai
media seperti buku, majalah, surat kabar, film, kaset, video, komputer dan
lain-lain. Semua koleksi sumber informasi tersebut disusun berdasarkan sistem
tertentu dan digunakan untuk kepentingan belajar melalui kegiatan membaca dan
mencari informasi bagi segenap masyarakat yang membutuhkannya.[1]
Menurut undang- undang no. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 1 ayat 1
yang berbunyi:
“perpustakaan
adalah institusi pengolahan koleksi karya tulis, karya cetak dan /atau karya
rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan
pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka”.
Perpustakaan mengemban tugas sebagai penyedia bahan
pustaka yang harus terus dikembangkan, pengembangan inilah yang berpengaruh terhadap
banyaknya bahan pustaka yang dikoleksi, tentunya dari tahun ketahun koleksi
terus berkembang. Suatu bahan pustaka lambat laun pasti akan mengalami
kerusakan. Oleh karena itu perlu kebijakan pemeliharaan bahan pustaka secara
berkala, dalam rangka mencegah rusaknya koleksi perpustakaan.
Bahan pustaka merupakan salah satu unsur penting dalam suatu sistem
perpustakaan selain ruangan atau gedung, peralatan atau perabotan, tenaga dan
anggaran.[2]
Perpustakaan memiliki informasi yang sangat penting bagi pemustaka,
dengan dimikian pengelolaan informasi harus dilakukan dengan baik begitupun
dengan pemeliharaan bahan pustaka agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang
lama. Setiap bahan pustaka memiliki tingkat ketahananan yang berbeda,
pemeliharaan yang intensif juga dibutuhkan agar kerusakan bahan pustaka dapat
dicegah. salah satu upaya dapat dilakukan dengan cara pelestarian
(preservation).
Pelestarian menurut definisi International Federation of Library
Assocciation (IFLA) yaitu mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan
pustaka, keuangan, ketenagaan, metode dan teknik serta penyimpanannya.[3]
Pelestarian bahan pustaka tidak hanya menyangkut pelestarian dalam
bidang fisik, tetapi juga pelestarian dalam bidang informasi yang terkandung
didalamnya. Pelestarian adalah mengusahakan agar bahan pustaka yang kita
kerjakan tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal diusahakan
agar awet, bisa dipakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca
perpustakaan.
Adanya pelestarian bahan pustaka dikarenakan banyaknya
faktor-faktor penyebab kerusakan pada bahan pustaka, faktor-faktor penyebab
itulah yang ada pada perpustakaan yang melatarbelakangi diperlukannya suatu
kegiatan yang dimana mengupayakan agar bahan pustaka itu tahan lama.
Secara garis besar kerusakan bahan pustaka umumnya disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu, faktor biologi, misalnya serangga (rayap, kecoa, kutu
buku), binatang pengerat, jamur. Faktor fisika, misalnya cahaya, udara atau
debu. Faktor kimia, misalnya zat-zat kimia, keasaman dan oksidasi.
Faktor-faktor lain, misalnya banjir, gempa bumi, api dan manusia.[4]
Bahan pustaka pada umumnya memiliki sifat kimia dan fisika yang tidak stabil,
sehingga cepat ataupun lambatnya kerusakan akan bervariasi.
Pada prinsipnya sebuah perpustakaan mempunyai tiga kegiatan utama
yaitu menghimpun, memilihara dan memperdayakan semua koleksi bahan puataka.
Selanjutnya fungsi perpustakaan salah satunya adalah melakukan upaya preservasi
koleksi antara lain: a) memelihara bahan pustaka, b) merawat bahan pustaka, c)
melakukan penyiangan, d) melakukan fumigasi, e) menjaga temperature/suhu agar
stabil, f) mengatur ventilasi udara, g) menjaga koleksi supaya tetap baik, h)
menjaga kebersihan dan lain-lain.
Demi kelancaran pelesatarian bahan pustaka,
seharusnya pustakawan professional terhadap kinerjanya. Pustakawan harus mampu
memperbaiki bahan pustaka yang mengalami kerusakan baik kecil, maupun kerusakan
besar. Mampu melakukan restorasi bahan pustaka terutama dalam menghilangkan
noda pada bahan pustaka, penjilidan, mengganti halaman yang rusak dan
memperbaiki halaman yang robek kena serangga-serangga, memperbaiki bahan
pustaka yang basah, atau terkena jamur dan sebagainya.[5]
Semakin banyaknya bahan pustaka yang dikoleksi oleh
perpustakaan tentunya membawa dampak dalam tatanan material sebuah perpustakaan maka dari itu
pustakawan sebagai petugas yang menjalankan kegiatan informasi di dalam
perpustakaan sebaiknya lebih dapat berinovasi dalam melestarikan dokumen-dokumen
yang merupakan warisan budaya yang berbentuk bahan pustaka tersebut. Banyaknya
kerusakan bahan pustaka sangat jelas membawa dampak negatif pada kelancaran dan
kepuasan pemustaka itu sendiri. Kerusakan koleksi itu dapat berupa buku yang
rusak, warna tulisan yang sudah buram bahkan
buku-buku
yang sudah berwarna kecoklatan yang disebabkan oleh debu. Dilihat
dari
kerusakan tersebut diperlukan suatu pelestarian sesuai dengan salah satu
tujuan
dari pelestarian sendiri yaitu, menyelamatkan nilai informasi dokumen.[6]
SD Harapan Mandiri merupakan sekolah yang dinaungi oleh Yayasan
Bina Autis Mandiri (BAM) yang memiliki perpustakaan yang tidak terlalu luas.
Perpustakaan SD Harapan Mandiri belum memenuhi kebutuhan akan pustakawan profesional di bidang perpustakaan untuk mengelola Perpustakaan SD
Harapan Mandiri. SD Harapan
Mandiri masih mengandalkan salah satu tenaga kerja dari guru wali kelas, hal
ini dikarenakan adanya kendala biaya. Siswa yang ada di SD Harapan Mandiri terdiri
dari siswa khusus dan regular, siswa khusus yaitu siswa penderita autis dan
siswa regular yaitu siswa yang normal yang tergolong dalam siswa kurang mampu. Pemakalah
ketahui bahwa penderita autis memiliki sikap pendiam atau bahkan hiperaktif
terhadap sesuatu, sehingga hal ini memungkinkan pustakawan untuk melakukan
pelestarian bahan pustaka lebih intensif. Dengan keadaan tersebut
pemakalah memiliki daya tarik tersendiri untuk meneliti tentang pemeliharaan
dan pelestarian bahan pustaka di SD Harapan Mandiri terlebih terhadap koleksi
bahan pustaka yang belum tentu dimiliki oleh perpustakaan lain, yaitu koleksi
braile.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas, pemakalah menetapkan
rumusan masalahnya yaitu:
1.
Apa
faktor penyebab kerusakan bahan pustaka di SD Harapan Mandiri?
2.
Bagaimana
cara pencegahan kerusakan bahan pustaka di SD Harapan Mandiri?
3.
Apa
kendala-kendala yang dialami dalam melakukan pelestarian bahan pustaka di SD
Harapan Mandiri?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka diketahui bahwa tujuan
dari makalah ini yaitu:
1.
Untuk
mengetahui apa faktor penyebab kerusakan bahan pustaka di SD Harapan Mandiri?
2.
Untuk
mengetahui cara pencegahan kerusakan bahan pustaka di SD Harapan Mandiri?
3.
Untuk
mengetahui apa kendala-kendala yang dialami dalam melakukan pelestarian bahan
pustaka di SD Harapan Mandiri?
D.
Metode
Penelitian
Metode Penelitian merupakan cara utama yang digunakan untuk
mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan.[7]
Ada dua bagian dari metode penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Sedangkan penelitian kuantitatif
adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena
serta hubungan-hubungannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode kualitatif, hasilnya dituangkan dalam analisis deskriptif.
Dalam
pengumpulan data, pemakalah menggunakan penelitian lapangan (field research),
suatu metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dengan mengadakan penelitian di daerah populasi, yaitu di
Perpustakaan SD Harapan Mandiri. Menurut Sugiyono pada bagian ini dikemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data
yang utama adalah sebagai berikut:[8]
1. Observasi
Observasi
merupakan teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain.
Teknik pengumpilan data dengan
observasi biasanya dilakukan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu
besar. Observasi yakni pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti terhadap Perpustakaan
SD Harapan Mandiri yang merupakan objek penelitian kemudian peneliti mencatat hal-hal yang dianggap
perlu sehubungan dengan masalah
yang di teliti.
2. Wawancara
Wawancara
yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan Tanya jawab atau wawancara dengan
informan yang dapat memberikan
keterangan yang dibutuhkan. Objek yang akan di wawancarai adalah pustakawan yang bekerja di Perpustakaan SD Harapan Mandiri.
3. Dokumentasi
Dokumentasi
yaitu pengumpulan data melalui catatan lapangan atau dalam bentuk dokumentasi berupa foto yang
dikumpulkan pada saat penelitian.
Dalam
pengumpulan data peneliti menggunakan teknik wawancara langsung dan dokumentasi, yaitu peneliti akan
mengumpulkan semaksimal mungkin
data-data pendukung dalam penelitian ini, sehingga memudahkan peneliti untuk menjelaskan dan menguraikan berbagai
hal terkait, agar keabsahan dan
kemurnian dari penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
LANDASAN
TEORI
A.
Pelestarian Bahan
Pustaka
Pelestarian
bahan pustaka sudah merupakan suatu kebutuhan, mengingat kesadaran akan keberadaan perpustakaan semakin
besar. Untuk itu, untuk memudahkan
pembahasan perlu dibatasi pengertian pelestarian sesuai dengan definisi dari International Federation of Library
Association (IFLA) yaitu :
1. Pelestarian
(preservation)
Pelestarian yaitu mencakup
semua aspek usaha melestarikan koleksi bahan
pustaka dan arsip. Termasuk di dalamnya kebijakan pengelolaan, keuangan, ketenagaan, metode dan teknik, serta
penyimpanannya.[9]
2. Pengawetan
(conservation)
Pengawetan yaitu
membatasi pada kebijakan dan cara khusus dalam melindungi
koleksi bahan pustaka dan arsip untuk kelestarian koleksi tersebut. Konservasi secara umum diartikan dengan
pelestarian, namun khasanahnya
sangat banyak pengertian yang ada dan berbeda pula implikasinya. Konservasi merupakan suatu upaya
memelihara, melindungi dan
melestarikan hasil karya[10]
3. Perbaikan
(restoration)
Perbaikan yaitu menunjuk pada
pertimbangan dan cara yang digunakan untuk memperbaiki koleksi bahan pustaka
dan arsip yang rusak.[11]
Pelestarian
koleksi bahan pustaka menjadi salah satu tujuan penyelenggaraan perpustakaan,
karena tugas pokok perpustakaan adalah mengumpulkan dokumen tertulis dari masa
lalu hingga sekarang, serta menyimpannya untuk keperluan pemakai kini dan masa
yang akan datang. Sangat sukar untuk memperkirakan kebutuhan pemakai pada masa
yang akan datang, sehingga akan sukar pula menyusun kebijakan yang diperlukan
untuk melestarikan bahan-bahan tersebut. Memang setiap perpustakaan dengan
sifat kekhususan masing-masing akan berbeda tanggapan dan kebutuhannya dalam masalah
ini.
B. Jenis-jenis Bahan Pustaka
Adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin banyak informasi yang
dibutuhkan serta semakin banyak pula berbagai jenis bahan pustaka yang
tersedia. Hal ini menuntut perpustakaan untuk dapat mengembangkan koleksinya
sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Berikut ini akan
dijelaskan secara garis besar berbagai jenis bahan pustaka, hasil karya
pemikiran manusia yang dituangkan dalam berbagai jenis media, baik tercetak
maupun noncetak.
Berikut
ini adalah jenis-jenis bahan pustaka dalam berbagai bentuk media:
1. Karya
cetak
Karya cetak adalah
hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak, seperti berikut
ini:
a. Buku
atau dikenal juga dengan istilah monograf adalah bahan pustaka yang merupakan
satu kesatuan yang utuh tidak berseri. Dilengkapi dengan ISBN (International
Standart Book Number)
b. Terbitan
berseri, yaitu bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus-menerus
dengan jangka waktu terbit tertentu dan yang termasuk jenis adalah harian
(surat kabar), majalah (mingguan, bulanan dan lainnya), bulletin, jurnal,
warta/ newsletter, laporan yang terbit dengan jangka waktu tertentu,
seperti laporan tahunan, triwulan. Setiap terbitan berseri biasanya dilengkapi
dengan nomor standar yang bersifat internasional, yaitu ISSN (International
Standart Serial Number).
2.
Karya noncetak
Karya
noncetak, meliputi bahan pustaka, dimana informasi yang disampaikannya bisa
dalam bentuk suara, gambar, teks, dan juga kombinasi dua atau tiga bentuk di
atas. Jenis bahan pustaka ini adalah:
a. Rekaman
suara
Yang termasuk ke dalam rekaman
suara adalah piringan hitam, pita kaset, dan cakram (disk). Jika dilihat
dari segi isi, diantaranya adalah rekaman music, sandiwara, pembacaan puisi,
wawancara, seminar, ceramah, pelajaran bahasa, dan sebagainya.
b. Film (gambar hidup) dan rekaman video
1) Film adalah gambar hidup
yang merupakan perkembangan dari gambar biasa. Film tersebut diproyeksikan
secara mekanis melalui lensa proyektor, dan pada layar terlihat gambar yang
hidup.
2) Rekaman video adalah
istilah yang mencakup semua bentuk video, diantaranya yang berbentuk kaset,
gulungan dan cakram (disk). Alat bantu untuk melihatnya adalah VCR (Video
Cassette Recorder), televise dan sekarang bisa dilihat melalui monitor
computer.
3) Bahan grafika, yang
termasuk jenis bahan pustaka ini adalah bahan pustaka yang harus diproyeksikan,
diantaranya adalah:
a) Filmstrip, yaitu film yang memuat
gambar dalam urutan tertentu yang diproyeksikan satu persatu.
b) Slide, yaitu gambar dalam
suatu media film atau bahan transparan lain yang harus dilihat dengan bantuan
proyektor slide.
c) Transparansi, yaitu selembar
bahan transparan yang berisi gambar dan dirancang untuk digunakan dengan
overhead projector atau kotak sinar.
4) Bahan kartografi adalah
semua karya yang merupakan representasi grafika dari bumi, bagia bumi,
matahari, bulan, planet-planet, dan badanbadan ruang angkasa lainnya. Bahan
pustaka ini dapat berbentuk peta dua dimensi atau tiga dimensi, peta ruang
angkasa, atlas, bola dunia, foto udara dan sebagainya. 5) Bentuk mikro
merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka
yang menggunakan media film dan tidak dapat di baca tanpa menggunakan alat
bantu yaitu microreader. Contoh bentuk mikro yaitu Microfilm, Mikrofis,
Aperture card, Microfilm cartridge, Microfilm jackets
6) Sumber daya
elektronik
Dengan adanya
perkembangan teknologi informasi maka informasi dapat dituangkan kedalam media
elektronik seperti pita magnetic dan cakram atau disk dan juga buku atau jurnal
dalam bentuk elektronik yang sekarang dikenal dengan istilah electronic
collection (e-collection), yang terdiri dari buku dan jurnal
elektronik. Contoh sumber daya elektronik adalah CD-ROM (Compact Disc Read
Only Memory), disket, bahan pustaka yang dilayangkan secara online, seperti
journal online. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti
computer.
C. Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka
Ada banyak sekali faktor kerusakan bahan pustaka, seperti halnya
yang disebutkan oleh Edwin Ellis Badu dalam jurnal internasional yaitu
The agents
which cause deterioration of materials in the library may be broadly classified
as:[12]
1.
Biological
2.
Chemical
3.
Mechanical
4.
Natural disasters
Hal-hal yang dapat penyebab kerusakan pada bahan di perpustakaan
secara luas dapat diklasifikasikan sebagai:
1.
Biologis
2.
Kimia
3.
Mekanik
4.
Bencana alam
Sedangkan menurut Bafadal Ibrahim ada dua faktor
yang membuat buku-buku (bahan pustaka) menjadi rusak, yaitu pertama faktor
manusia, misalnya pemustaka yang tidak sadar akan pentingnya buku-buku
seringkali merusak buku-buku, misalnya mencoret-coret buku, atau merobeknya. Kedua,
faktor alamiah misalnya kelembaban udara, air, api, jamur, debu, sinar
matahari, dan serangga.[13]
Adapun
faktor penyebab kerusakan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor
internal
Faktor
internal yaitu kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh kandungan asam
dalam kertas itu sendiri yang dapat mempercepat kerusakan bahan pustaka. Menurut
Sudarsono, faktor-faktor lain yang menyebabkan kerusakan koleksi bahan pustaka
adalah suhu, kualitas lingkungan, cahaya, hewan, insektisida, dan jamur,
penggunaan dan salah penanganan, bencana alam dan musibah.[14]
2. Faktor
eksternal
Faktor
eksternal yaitu kerusakan bahan pustaka yang berasal dari luar bahan pustaka,
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
a. Faktor
lingkungan
Faktor
lingkungan adalah faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan koleksi yang
disebabkan oleh pengaruh lingkungan disekitarnya, antara lain yaitu:
1) Suhu
dan kelembaban udara
Faktor iklim seperti suhu dan kelembaban
merupakan penyebab kerusakan bahan pustaka. Suhu udara dan kelembaban relative
akan sangat menentukan kelestarian koleksi bahan pustaka dan arsip. Kondisi
yang selalu disebut sebagai ideal untuk menyimpan koleksi bahan pustaka dan
arsip adalah suhu udara yang tetap antara 16°C dan 21°C dengan kelembaban
relative antara 40% dan 60%, serta sirkulasi udara yang baik.
2) Serangga
dan binatang pengerat
Beberapa jenis serangga
yang dapat merusak bahan pustaka yaitu rayap, kutu buku, kecoa, tikus dan
lain-lain.
3) Cahaya
Sumber cahaya digunakan
untuk penerangan ruang perpustakaan ada dua yaitu cahaya matahari dan cahaya
lampu listrik. Cahaya yang di maksud disini adalah cahaya ultra violet yang
berperan dalam proses penguraian zat organik. Ultra violet dapat dihasilkan
oleh lampu TL. Dalam ruang baca bahan langka tingkat cahaya yang menyinari
bahan pustaka harus rendah tetapi masih tetap nyaman untuk kegiatan membaca.
Selain itu sinar matahari juga harus dihindarkan dari koleksi karena cahaya ini
biasanya masuk melalui jendela atau celah-celah kecil yang dapat dilalui oleh
sinar matahari. Idealnya diperlukan filter untuk menahan sinar ini.
4) Debu
Debu merupakan salah
satu partikel-partikel kecil yang terdapat dalam udara. Debu tersebut sangat
berdampak negative terhadap buku. Debu-debu tersebut dapat masuk secara mudah
ke dalam ruang perpustakaan melalui pintu, jendela, atau lubang-lubang angin
perpustakaan. Apabila debu melekat pada kertas, maka akan terjadi reaksi kimia
yang meninggikan tingkat keasaman pada kertas. Akibatnya kertas menjadi rapuh
dan cepat rusak. Disamping itu apabila keadaan ruang perpustakaan lembab, debu
yang bercampur dengan air lembab itu akan menimbulkan jamur pada buku dan
merupakan makanan bagi serangga-serangga. Debu tersebut sangat mudah bersenyawa
dengan kertas, apalagi pada ruangan yang lembab. Untuk menghindari kerusakan
bahan pustaka yang disebabkan oleh debu, perpustakaan hendakanya selalu bebas
dari debu. Caranya ialah dengan selalu membersihkan ruang perpustakaan.
5) Jamur
Kehadiran jamur pada
buku dapat terjadi bila keadaan buku berdebu, kotor dan lembab. Pada
tempat-tempat yang terdapat banyak makanan, jamur akan berkembang biak dengan
sangat subur apalagi bila cuaca pada tempat itu lembab. Pada buku, bagian yang
cepat terserang jamur adalah pinggir atas buku, kemudian kulit dan punggung
buku. Secara umum dalam pertumbuhannya, jamur membutuhkan suhu yang hangat
yaitu berkisar antara 25°C atau lebih, kelembaban berkisar antara 70% RH atau
lebih, dan penerangan yang kurang serta sirkulasi yang buruk.
b. Faktor
manusia
Dalam hal-hal tertentu, manusia dapat juga digolongkan sebagai
musuh buku. Sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja, kenyataan telah
membuktikan bahwa telah banyak terjadi kerusakan buku karena perbuatan manusia.
Di sini peran utama dipegang oleh manusia. Huyn, mengatakan bahwa:
“Data of the research also found out that it is human factors
needed to be considered as the main cause of these deteriorations happening
while they are processing or using the documents. Human beings will
accidentally or intentionally harm the materials”.[15]
Data penelitian
juga menemukan bahwa faktor manusia perlu dipertimbangkan sebagai penyebab
utama kerusakan ini yaitu saat mereka menggunakan dokumen-dokumen. Dalam
keadaan sengaja maupun tidak sengaja manusia juga akan menjadi faktor perusak
bahan pustaka.
Dari pendapat diatas, dapat disumpulkan bahwa manusia sebagai
pemustakapun turut menjadi bagian dari perusak bahan pustaka tersebut.
c. Faktor
Bencana Alam
Bencana
alam seperti kebakaran atau banjir dapat mengakibatkan kerusakan koleksi bahan
pustaka. Apabila bencana alam atau musibah terjadi, kerusakan atas koleksi
dapat terjadi dalam volume yang besar dan dapat terjadi dalam waktu yang sangat
singkat. Bencana akan selalu sukar diperkirakan datangnya, seperti juga musibah.
Namun yang selalu dapat diusahakan adalah usaha penyelamatan dan pelaksanaan
kesiagaan untuk menekan timbulnya musibah sekecil mungkin. Dalam hal ini
pustakawan dituntut memahami berbagai prosedur penyelamatan serta penanganan
sistem keamanan secara benar.
D. Kendala-kendala
yang dihadapi dalam Pelestarian dan Pegawetan Bahan Pustaka
Pelestarian
dan pengawetan bahan pustaka memiliki banyak kendala, seperti :
1. Kurangnya
tenaga pelestarian di Indonesia
2. Banyak
pimpinan serta pemegang kebijakan belum memahami pentingnya pelestarian
sehingga menyebabkan kurangnya dana, perhatian dan fasilitas yang tersedia.
3. Praktek
pelestarian di Indonesia selama ini masih banyak yang salah.
4. Berbagai
bahan pustaka yang disimpan di perpustakaan di Indonesia tercetak dalam kertas yang
beraneka ragam mutunya.
5. Berbagai
ruang perpustakaan tidak dirancang bangun yang sesuai dengan keperluan
pelestarian dan pengawetan.
6. Belum
terdapat kebijakan pelestarian bahan pustaka nasional
GAMBARAN
UMUM
A.
Profil SD Harapan Mandiri
SD Harapan Mandiri dinaungi oleh Yayasan Bina Sahabat Mandiri
(BAM). SD Harapan Mandiri berakreditasi-B. [16]
Yayasan Bina Autis Mandiri menerima Terapi Anak Berkebutuhan Khusus; Autis,
ADHD, Keterlambatan Bicara serta berkebutuhan khusus lainnya dan juga menaungi
SLB Autis Harapan Mandiri (SDLB-SMPLB-SMALB) berakreditasi-B. SD Harapan
Mandiri terdiri dari peserta didik
khusus dan peserta didik regular. Peserta didik khusus yaitu siswa penderita
autis dan tuna grahita, sedangkan peserta didik regular yaitu peserta didik
yang berasal dari keluarga tidak mampu dan mereka adalah siswa yang normal
secara fisik maupun mental. Siswa regular yang berasal dari keluarga yang
benar-benar tidak mampu tidak dipungut biaya pendidikan (gratis).
Yayasan Bina Autis Mandiri (BAM) di kota Palembang diketuai oleh
Dr. Muniati Ismali. Ia juga mendirikan sekolah dengan kurikulum khusus untuk
penderita autis yang bernama SD Harapan Mandiri pada tahun 2004 dengan biaya
pribadi, serta mendirikan klinik yang menyediakan terapi bagi anak-anak autis
setahun kemudian. Dr. Muniyati Ismail adalah seorang dokter, pengusaha dan
aktivis Indonesia
dari Palembang, Sumatera Selatan. Ia dikenal sebagai aktivis yang peduli terhadap anak-anak
penderita penyakit autis.
B.
Letak lokasi Penelitian
Alamat SD
Harapan Mandiri berada di Jl. Suhada No.44, Lorok Pakjo, Ilir Bar. I,
Kota Palembang, Sumatera Selatan 30126.
C.
Visi dan Misi SD Harapan
Mandiri
Visi SD Harapan
Mandiri yaitu menjadi lembaga pendidikan yang berprestasi tinggi dalam
mengembangkan kecerdasan nalar berbasis pengembangan kejernihan dan naluru
peserta didik.
Adapun misi SD
Harapan Mandiri yaitu:
1.
Mengenalkan
peserta didik kepada kepedulian terhadap sesame
2.
Menanamkan
semangat juang
3.
Melatih
kemampuan berbahasa dengan membangun tradisi lingkungan yang mendukung
4.
Mengasah
nalar peserta didik dengan pola yang menarik, menyenangkan dan mencerahkan.
PEMBAHASAN
A.
Faktor-faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka
pada Perpustakaan SD Harapan Mandiri
Kerusakan bahan pustaka dapat disebab oleh beberapa faktor yaitu:[17]
1.
Faktor
biologi, misal serangga (rayap, kecoa, kutu buku) binatang pengerat dan jamur.
2.
Faktor
fisika, misal cahaya, udara atau debu, suhu dan kelembapan
3.
Faktor
kimia, misal zat-zat kimia, keasaman dan oksidasi.
4.
Faktor-faktor
lain, misal banjir, gempa bumi, api dan manusia.
Setiap pustakawan harus dapat
mencegah terjadinya kerusakan bahan pustaka, kerusakan itu dapat dicegah jika
kita mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Oleh karena itu, agar
bahan pustaka dapat bertahan lama sehingga informasi yang ada di dalamnya dapat
di akses oleh pemakai secara optimal di perlukan usaha pelestarian. Untuk dapat
memberikan perlakuan terhadap bahan pustaka yang tepat, agar terhindar dari
kerusakan, perlu memahami faktor-faktor kerusakan tersebut.
Serangga merupakan masalah yang
pelik dinegara tropis. Makanan yang digemarinya ialah lem atau perekat yang
terbuat dari tepung kanji. Siklus dari kehidupan serangga terdiri atas beberapa
fase yaitu telur, larva, kepompong, dewasa. Kerusakan terjadi ketika serangga
hidup pada fase larva. Lingkungan yang lembab, gelap, sirkulasi udara yang
kurang merupakan tempat yang ideal bagi serangga. Jenis-jenis serangga dapat
digolongkan sebagai berikut: a) rayap, b) kecoa, c) ikan perak, d) kutu buku,
e) ngengat, f) kumbang bubuk.
Serangga-serangga yang berupa rayap
dan lipas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan bahan pustaka
di Perpustakaan SD Harapan Mandiri. Serangga-serangga tersebut banyak besarang
di tiap-tiap sudut rak buku dan tumpukan buku. Serangga berbahaya bagi buku
karena makanannya adalah kanji yang terkandung di dalam bahan perekat pada
sampul dan punggung buku, sehingga dapat merusak jilid buku. Bahan pustaka yang
ada di Perpustakaan SD Harapan Mandiri banyak yang telah usang, sehingga rayap
atau serangga lebih senang untuk bersarang di dalamnya.
Debu merupakan salah satu faktor
utama yang merusak bahan pustaka di Perpustakaan SD Harapan Mandiri. Debu dapat
masuk melalui jendela perpustakaan, pintu, dan ventilasi perpustakaan. Apalagi
Perpustakaan SD Harapan Mandiri yang ada dibiarkan terbuka, sementara
perpustakaan tersebut belum memiliki gorden, sehingga celah tempat masuknya
debu sangat besar.
Posisi Perpustakaan SD Harapan Mandiri yang terletak di lantai dua,
dimana jendela dan bahan pustaka terletak di sebelah timur menyebabkan bahan
pustaka langsung terkena matahari karena masuk langsung melaluai jendela dan
ventilasi yang tidak dilengkapi gorden.[18]
Dapat disimpulkan, cahaya
ultraviolet yang langsung masuk ke dalam ruangan dapat memudarkan tulisan yang
terdapat pada bahan pustaka sebab bahan pustaka merupakan salah satu benda yang
menyerap cahaya. Kerusakan bahan pustaka juga diakibatkan adanya penyerapan
energi radiasi. Cahaya ultraviolet yang mengandung radiasi panas menyebabkan
kenaikan suhu ruangan.
Kerusakan bahan pustaka yang
disebabkan oleh faktor manusia yang umumnya tejadi di setiap perpustakaan
sekolah juga terjadi di Perpustakaan SD Harapan Mandiri. Siswa-siswi yang
kurang disiplin dalam menggunakan buku-buku perpustakaan menyebabkan banyak
kerusakan pada bahan pustaka seperti membuat lipatan sebagai tanda baca atau
melipat buku ke belakang, Bahkan ada yang dengan sengaja merobek halaman
tertentu yang mereka butuhkan. Terlebih siswa SD Harapan mandiri sebagai
penyandang autis dan tuna grahita yang memiliki kebutuhan khusus untuk
diperhatikan dan dirahkan dalam memperlakukan bahan pustaka yang mereka
inginkan. Tak jarang pula para siswa dan terkadadng siswa
membawa makanan seperti goreng-gorengan yang banyak mengandung minyak. Minyak
yang lengket dapat menjadikan tinta pada buku pudar dan dapat menjadikan kertas
lunak dan rapuh. Tetapi bahan pustaka yang rusak diakibatkan oleh faktor
manusia tidak bisa dihitung lagi karena rata-rata buku yang ada pada umumnya
banyak yang terkena minyak dan ada yang sengaja dilipat oleh siswa sebagai
tanda pembatas dalam membaca buku.[19]
Kerusakan bahan pustaka di SD Harapan Mandiri
disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor fisika seperti debu, pencahayaan
diruangan, dan fsktor manusia. Debu menjadi faktor utama yang merusak bahan
pustaka, karena debu merupakan partikel yang mudah masuk melalui jendela
vetilasi, lalau yang kedua yaitu sinar matahari, sinar ultraviolet dapat dengan
mudah masuk melalui jendela kaca yang terdapat diruangan apalagi lokasi ruang
perpustakaan terletak dilantai nomor dua, serta tata letak rak yang sangat dekat
dengan jendela kaca, sehingga menyebabkan bahan pustaka terpapar langsung
dengan sinar ultraviolet yang dapat memudarkan tulisan dari bahan pustaka,
bahan pustaka yang terbuat dari kulit kayu bisa menyerat cahaya. Lalu faktor
lainnya, faktor manusia pemustaka atu
pengguna dari SD Harapan Mandiri ialah anak-anak yang belum begitu faham
mengenai cara memperlakukan buku yang baik dan benar, sehingga tak jarang
siswa-siswa mencoret buku dengan pensil warna, melipat halaman buku, dan bahkan
ada yang tanpa sengaja merobek buku. Karena siswa-siswa disana merupakan
anak-anak penyandang autis yang memiliki tingkat keaktifan yang lebih dari anak
yang normal pada umumnya.
B.
Cara Pencegahan kerusakan Bahan Pustaka di Perpustakaan SD
Harapan Mandiri
Kerusakan bahan pustaka juga bisa dilihat dari faktor eksternal yang
disebabkan oleh lingkungan. Sinar matahari harus dihindarkan dari koleksi
karena cahaya ini biasanya masuk melalui jendela atau celah-celah kecil yang
dapat dilalui oleh sinar matahari. Idealnya diperlukan filter untuk menahan
sinar ini.[20]
Buku-buku atau bahan pustaka harus dijaga dari paparan langsung sinar
matahari, caranya adalah dengan pemasangan gorden disetiap jendela yang ada di
perpustakaan. Hal ini bertujuan agar buku-buku tidak kering, menguning, kusut dan
buram. Tetapi di Perpustakaan SD Harapan Mandiri belum melakukan
langkah-langkah penyelamatan bahan pustaka dari kerusakan sinar matahari.
Penanggulangan dari faktor fisika seperti debu dilakukan dengan
pemasangan kipas angin selama jam kerja, kemoceng, sapu, pengepel, dan lap. Pemeliharaan
dan pelestarian bahan pustaka dari faktor biologi seperti serangga, rayap,
jamur, dan tikus dilakukan dengan cara menjaga kebersihan ruang penyimpanan
bahan pustaka dari sampah-sampah yang dapat mengundang datangnya binatang
perusak tersebut. Untuk mengusir atau membunuh serangga dan rayap perpustakaan
menggunakan kapur barus, untuk mengusir atau membunuh tikus perpustakaan
menggunakan racun tikus dan lem tikus karena menurut pustakawan cara lebih efektif.
Selain itu pustakawan juga melakukan penyampulan terhadap beberapa buku untuk
melestarikan bahan pustaka di perpustakan SD Harapan Mandiri.
Cara pelestarian pustakawan terhadap koleksi braile yang ada di
perpustakaan SD Harapan Mandiri yaitu dengan cara memisahkan koleksi braile
dengan koleksi buku lainnya di lokasi yang berbeda. Koleksi braile diletakan
didalam lemari yang tertutup kaca dan terhindar dari paparan sinar matahari
secara langsung. Pemberian kapur barus disekitar koleksi untuk menghindari
kerusakan dari faktor biologis. Alasan pemisahan lokasi koleksi ini yaitu
karena di SD Harapan Mandiri tidak memiliki siswa tuna netra dan guru yang
memumpuni untuk mengajarkan huruf braile, sehingga koleksi ini hampir tidak
pernah digunakan.[21]
Untuk menjaga dan merawat bahan pustaka dari kerusakan yang
diakibatkan oleh manusia, pihak perpustakaan sesering mungkin melakukan
pengecekan dan memperhatikan serta membimbing siswa yang datang di
perpustakaan. Berdasarkan hasil wawancara bahwa, pihak perpustakaan tidak
memungut biaya dari kerusakan bahan pustaka. Hal ini karena siswa SD Harapan
Mandiri merupakan siswa yang tergolong perekonomian menengah kebawah. Biasanya
dana dan koleksi bahan pustaka didapat dari sekolah dan sumbangan dari luar
serta wali murid dari siswa yang berkebutuhan khusus.
Adapun cara pencegahannya dari beberapa faktor
yang disebutkan diatas, mencegah kerusakan bahan pustaka karena pemudaran warna
kertas akibat sinar ultraviolet bisa memasang gorden di jendela kaca agar bahan
pustaka tidak terpapar langsung dengan sinar matahari. Lalu pencegahan dari
faktor eksernla lainnya seperti debu bisa dengan membersihkan ruangan dengan
rutin agar partikel debu tidak mudah masuk ke dalam ruangan, serta memberitahu
siswa bahwa tidak diperbolehkan membawa makanan di ruang perpustakaan dengan
cara memberikannya secara lisan atau pun menempelkan kertas yang bertuliskan
dilarang membawa makanan, lalu pustakawan juga bisa menaruh kapur barus rak untuk
pencegahan dari faktor bilogi seperti serangga, hewan pengerat dan jamur. Jika
koleksi sudah benar-benar rusak pustakwan bisa memperbaikinya dengan cara
mengganti lembar yang robek dengan cara menambal dan jika buku ersebut terlepas
dari sampulnya, hal bisa dilakukan dengan cara menjilid buku kembali.
C.
Kendala yang Dihadapi dalam Kegiatan
Pemeliharaan dan Pelestarian Bahan Pustaka di Perpustakaan SD
Harapan Mandiri
Perawatan
merupakan kegiatan pelestarian dan perlindungan terhadap bahan pustaka yang
membutuhkan kesabaran dan perhatian khusus. Untuk melakukan kegiatan perawatan
pemeliharaan dan pelestarian dibutuhkan keahlian dari seorang pustakawan
profesional. Sementara itu Perpustakaan SD Harapan Mandiri belum dapat memenuhi
kebutuhan akan pustakawan profesional tesebut. Perpustakaan SD Harapan Mandiri hanya
memiliki satu orang penjaga pustaka yang merangkap sebagai guru. [22]
Kekurangan dana
yang dialami oleh Perpustakaan SD Harapan Mandiri juga disebabkan oleh
kurangnya perhatian dari pihak-pihak yang berwenang di sekolah. Dalam pengadaan
mereka perpustakaan hanya memerlukan seorang pengawas yang bertugas menjaga
bahan perpustakaan tanpa memperhatikan perawatannya serta berbagai kebutuhan
yang diperlukan untuk perawatan dan pemeliharaan bahan pustaka.[23]
Jadi kesimpulannya, ada tiga kendala yang dihadapi dalam kegiatan
pemeliharaan dan pelestarian bahan pustaka di SD Harapan Mandiri:
1.
Kekuarangan tenaga Sumber Daya Manusia yang memumpuni di bidnagnya dalam
mengelolah bahan pustaka
2.
Pemasukan dana yang tidak begitu teratur untuk melakukan kegiatan
pelestarian karena dana didapat berasal dari donasi para wali murid yang
berkebutuhan khusus
3.
Serta tidak mendapatkan perhatian khusus dari pihak-pihak yang berwewenang
dalam membantu pelestarian
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti menarik beberapa kesimpulan tentang
Pelestarian Bahan Pustaka di Perpustakaan
SD Harapan Mandiri diantaranya yaitu:
1. Kondisi
fisik bahan pustaka di Perpustakaan SD Harapan Mandiri sebagian sudah mengalami
kerusakan dengan berbagai tingkat kerusakan, mulai
dari kerusakan ringan sampai dengan kerusakan berat.
2. Proses
pelestarian bahan pustaka di SD Harapan Mandiri yaitu
pustakawan melakukan pemeliharaan atau perawatan bahan pustaka, pencegahan kerusakan bahan pustaka dan
perbaikan bahan pustaka
namun belum dilaksanakan secara optimal sesuai dengan pelestarian yang sebenarnya.
3. Kendala-kendala
yang dihadapi pustakawan dalam melestarikan
bahan pustaka di Perpustakaaan SD Harapan Mandiri yaitu
dana, ruangan yang sempit, penggunaan
alat-alat yang masih manual dan kurangnya pustakawan
serta minimnya pengetahuan staf mengenai
teknik pengelolahan dan pelestarian di perpustakaan.
B. Saran
Berdasarkan
hasil penelitian di atas, ada beberapa saran diantaranya sebagai berikut:
1. Perpustakaan
SD Harapan Mandiri hendaknya memperhatikan kondisi
bahan pustaka dengan cara memasang tata tertib atau aturan tentang bagaimana cara memakai atau menggunakan buku
dengan baik dan benar. Dan
hendaknya kondisi kondisi lingkungan pada ruang perpustakaan
khususnya suhu dan kelembaban udara perlu diperhatikan.
2. Pustakawan
seharusnya melakukan pelestarian bahan pustaka sesuai dengan prosedur-prosedur dalam pelestarian seperti
melakukan fumigasi, penjilidan
dan sebagainya.
3. Menambah
tenaga atau staf khususnya di bidang pemeliharaan bahan pustaka agar kerusakan dan perbaikan koleksi dapat
teratasi dengan cepat dan
Perpustakaan SD Harapan Mandiri seharusnya menyediakan alat-alat untuk perbaikan bahan pustaka.
DAFTAR PUSTAKA
Edwin Ellis Badu, "The preservation of library materials: a
case study of University of Science and Technology Library in Ghana",
Aslib Proceedings, Vol. 42 Iss 4 pp. 119 – 125, jurnal diakses pada 21 November
2018 dari http://dx.doi.org/10.1108/eb051166 .
Huynh, Trang
Thi. Cuc Hong Lam "Enhancing librarianship students’ awareness of
preservation at the learning resource center of a Mekong Delta university",
Information and Learning Science, Vol. 119 Issue: 7/8, pp.414-421, jurnal
diakses pada 2 Desember 2018 dari https://doi.org/10.1108/ILS-12-2017-0127.
Ibrahim, Andi
Ibrahim. Pelestarian Bahan Pustaka. Makasar: Alaudin Uniersity Press,
2014.
Ibrahim, Bafadal. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta
: Bumi Akasara, 2006.
Iskandar “Pencegahan Keusakan Bahan Pustaka Dari Faktor
Fisika”, artikel diakses pada Sabtu, 8 Desember 2018, dari http://www.iskandar-al-jaya.blogspot.com
Martoatmodjo, Karmidi. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta:
Universitas Terbuka, 1993.
Martoatmodjo,
Karmidi. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1993.
Martoatmodjo,
Karmidi. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Yayasan Multiwijaya, 1997
Nasir. Metodologi Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2009.
Pawit, M. Yusuf
dan Yaya Suhendra. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah.
Jakarta: Kencana, 2005.
Profil Yayasan
Bina Autis Mandiri Palembang, dalam wikimapia.org, diakses pada Selasa, 27
November 2018 pukul 10.30.
Sudarsono, Blasius. Antologi Kepustakawanan Indonesia.
Jakarta: Sagung Seto,2006.
Sudarsono, Blasius. Antologi Kepustakawanan Indonesia.
Jakarta: Sagung Seto, 2006.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Suatu Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2014.
Sutarno P. Membina Perpustakaan Desa. Jakarta : Sagung Seto,
2008.
Wawancara pribadi dengan Rika
S.Pd, Palembang 01 Oktober 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar