Name : Dewi Krisnawati
NIM : 1710403004
Class : 17 Pus A
Subjects : English for Librarian
Lecturer : Dalilan, M. Hum
History of Library
History of Library Before Masehi
From 2.500 before Masehi in Mesir Found the
paper from Papyrus, that is a grass pounded and dried. And use to wrote using sculptures and ink.
From Parpyrus we know about paper, papier and papiros which means paper.
History of Library After Masehi
Papyrus is quite famous, because it was finally
developed from paper in modern era. Roman occupation plays important role in
development library. Many libraries istablished by the romans, there are
Library in Timgad, North Africa and the big library is Ulpian. Many collection
like Greece and Latin.
History
of Library in Indonesia
In
Indonesia history of library start in 400 years. From that found the writings
of Kutai kingdom. In 414 years in
Tarumanegara many Brahmana need religion text and there are in Pundit’s
house.
In
Java, history of library begin from Mataram Kingdom. In Mataram kingdom many
poet of kingdom wrote text literature. There are histories of Arjuna Wiwaha,
Mahabharata and Ramayana.
From
that we know, the text from palm leaf
just for a people from kingdom. When the script started a lot like books about
Bharatayudha, Hariwangsa, Sutasoma and Kresnayana. From Singasari kingdom any
books about Negarakertagama, Sutasoma and so on.
The
activity of storing and writing the manuscript is still continued by kingdom of
Demak, Banten, Mataram, Surakarta Pakualaman, Mangkunegoro, Cirebon, Melayu,
Jambi, Mempawah, Makassar, Maluku, dan Sumbawa. From Cirebon known to be
produced dozens of books written about century 16th and 17th.
The books are Pustaka Rajya-rajya & Bumi Nusantara (25
jilid), Pustaka Praratwan (10 jilid), Pustaka
Nagarakretabhumi (12 jilid), Purwwaka Samatabhuwana (17
jilid), legal texts (2 jilid), Usadha (15 jilid), Manuscripts
Masasastra (42 jilid), Usana (24 jilid), Kidung (18
jilid), Pustaka prasasti (35 jilid), Serat Nitrasamaya
pantara ning raja-raja (18 jilid), Carita sang Waliya (20
jilid) and many other. From that can be said that Cirebon is one of the bookkeeping
center.
The
arrival of the western nation in 16th century bringin its own culture. Libraries are buil to support
religious programs. The library was first building is Church library in Batavia. And inaugurated in 1624 and the librarian is Abraham Fierenius. From here, library not just for
family’s kingdom, but can be enjoyed by the general public.
In
1962, culture institutions submitted to the government and its name is change
to central museum and change again to Nasional Museum. But the library of that
we know as Library Nasional Museum.
In Japan era, nothing activity of
librarianship. Because Japan deployed all the energy for foreign war purposes.
At the beginning of his power, Japan prohibits circulation of books. All of
schools are closed.
Final ly, National Library of Republic
Indonesia is established in Jakarta. The first collection as many as 202 images
represent the largest number of Rach an
image. He recorded important events in Indonesia and some countries in Asia.
Translate
Sejarah Sebelum Masehi.
Ditahun 2500 SM di Mesir ditemukan tulisan dari
Papyrus yaitu rumput yang ditumbuk diratakan dan dikeringkan. Digunakan menulis
dengan menggunakan pahatan dan tinta. Dari papyrus inilah kemudian dikenal
dengan istilah paper, papier dan papiros yang berarti kertas.
Sejarah Sesudah Masehi.
Keadaan papyrus
cukup terkenal karena pada akhirnya dikembangkan berupa kertas dizaman modern.
Penjajahan bangsa Romawi berperan penting dalam penyebaran perpustakaan hingga
ke pelosok. Perpustakaan yang didirikan oleh bangsa romawi yaitu seperti
Perpustakaan di Timgad, Afrika Utara tahun 98-117 M. Perpustakaan terbesar
yaitu Perpustakaan Ulpian dengan koleksinya berupa karya Yunani dan Latin.
Sejarah
Perpustakaan di Indonesia
Di
Indonesia sejarah perpustakaan dimulai tahun 400-an yaitu saat lingga batu
denga tulisan palawa ditemukan dari kerajaan Kutai. Musafir Fa-Hsien tahun 414
menyatakan kerajaan Tarumanegara banyak dijumpai kaum brahmana yang memerlukan
manuskrip keagamaan yang di jumpai di kediaman pendeta.
Dipulau
jawa, sejarah perpustakaan dimulai pada masa Kerajaan Mataram. Dan ini karena
kerajaan mataram dikenal pujangga keratin yang menulis berbagai karya sastra.
Menyusul kitab-kitab penting seperti Arjuna Wiwaha, Mahabharata dan Epos
Ramayana.
Dari
uraian tersebut dapat diketahui bahwa naskah yang ditulis tangan dalam media
daun lontar hanya dipruntukan oleh kaalangan khusus kerajaan. Ketika
naskah-naskah dari kerajaan mulai banyak bermunculan dan pembaharuan seperti
Kediri dengan kitab Bharatayudha, Hariwangsa, Sumanasantaka dan Kresnayana,
kerajaan Singosari denan kitab Negarakertagama dan Sutasoma serta karya –karya
lain.
Kegatan
penulisan dan penyimpanan naskah masedi terus silanjutkan oleh kreajaan dan
kesultanan yang tersebar di Nusantara seperti
Demak, Banten, Mataram, Surakarta Pakualaman, Mangkunegoro, Cirebon, Melayu,
Jambi, Mempawah, Makassar, Maluku, dan Sumbawa. Dari Cerebon diketahui
dihasilkan puluhan buku yang ditulis sekitar abad ke-16 dan ke-17. Buku-buku
tersebut adalah Pustaka Rajya-rajya & Bumi Nusantara (25
jilid), Pustaka Praratwan (10 jilid), Pustaka
Nagarakretabhumi (12 jilid), Purwwaka Samatabhuwana (17
jilid), Naskah hukum (2 jilid), Usadha (15 jilid), Naskah
Masasastra (42 jilid), Usana (24 jilid), Kidung (18
jilid), Pustaka prasasti (35 jilid), Serat Nitrasamaya
pantara ning raja-raja (18 jilid), Carita sang Waliya (20
jilid), dan lainlain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Cirebon merupakan
salah satu pusat perbukuan pada masanya. Seperti pada masamasa sebelumnya
buku-buku tersebut disimpan di istana.
Kedatangan
bangsa Barat pada abad ke-16 membawa budaya tersendiri. Perpustakaan mulai
didirikan mula-mula untuk tujuan menunjang program penyebaran agama mereka.
Berdasarkan sumber sekunder perpustakaan paling awal berdiri pada masa ini
adalah pada masa VOC (Vereenigde OostJurnal Indische Compaqnie) yaitu
perpustakaan gereja di Batavia (kini Jakarta) yang dibangun sejak 1624. Namun karena beberapa kesulitan perpustakaan
ini baru diresmikan pada 27 April 1643 dengan penunjukan pustakawan bernama Ds.
(Dominus) Abraham Fierenius. Pada masa inilah perpustakaan tidak lagi
diperuntukkan bagi keluarga kerajaan saja, namun mulai dinikmati oleh
masyarakat umum.
Rademaker,
ketua Raad van Indie (Dewan Hindia Belanda). Ia memprakarsai pengumpulan buku
dan manuskrip untuk koleksi perpustakaannya. Perpustakaan ini kemudian
mengeluarkan katalog buku yang pertama di Indonesia yaitu pada tahun 1846
dengan judul Bibliotecae Artiumcientiaerumquae Batavia Florest
Catalogue Systematicus hasil suntingan P. Bleeker. Edisi kedua terbit
dalam bahasa Belanda pada tahun 1848. Perpustakaan ini aktif dalam pertukaran
bahan perpustakaan. Penerbitan yang digunakan sebagai bahan pertukaran
adalah Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde,
Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschapn van Kunsten en Wetenschappen,
Jaarboek serta Werken buiten de Serie. Karena prestasinya
yang luar biasa dalam meningkatkan ilmu dan kebudayaan, maka namanya ditambah
menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen. Nama ini kemudian berubah menjadi Lembaga Kebudayaan
Indonesia pada tahun 1950.
Pada
tahun 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia diserahkan kepada Pemerintah Republik
Indonesia dan namanyapun diubah menjadi Museum Pusat. Koleksi perpustakaannya
menjadi bagian dari Museum Pusat dan dikenal dengan Perpustakaan Museum Pusat.
Nama Museum Pusat ini kemudian berubah lagi menjadi Museum Nasional, sedangkan
perpustakaannya dikenal dengan Perpustakaan Museum Nasional.
ada zaman pendudukan Jepang tidak ada
kegiatan kepustakawanan, karena Jepang mengerahkan semua tenaga untuk keperluan
mesin perang. Pada awal kekuasaannya, Jepang melarang peredaran buku berbahasa
Belanda, Inggris dan bahasa Eropa lainnya. Semua sekolah tinggi ditutup. Baru
ketika Jepang mulai terdesak beberapa sekolah tinggi dibuka kembali, untuk
keperluan Jepang.
finishhhhhhh
Akhirnya Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia didirikan di Jakarta dan Rijksmuseum di Amsterdam sejak
tahun 1995 telah memulai adanya kerjasama dalam pelestarian warisan budaya
bangsa. Pada tahap pertama dikhususkan pada gambar-gambar yang dibuat oleh
Johannes Rach (1720-1783). Koleksi yang dimiliki Perpustakaan Nasional RI
sebanyak 202 buah gambar merupakan jumlah terbesar dari seluruh gambar Rach
yang merekam peristiwa penting di Indonesia dan beberapa negara di Asia.
Sebagai salah satu museum terbesar di negeri Belanda, Rijkmuseum juga memiliki
gambar Johannes Rach yaitu sebanyak 40 buah gambar. Agar dapat didayagunakan
oleh masyarakat luas kedua pihak telah menjajaki kemungkinan untuk mengumpulkan
koleksi tersebut dan dipublikasikan dalam bentuk pameran maupun terbitan.